Kodok atau Katak
di Indonesia
mencapai 351 jenis (yang teridentifikasi)
dari sekitar 5.915 jenis kodok atau katak yang
terdapat di dunia. Jumlah ini berarti sepertiga jenis katak di
dunia berada di Indonesia. Bahkan
sebagian besar kodok di Indonesia adalah
endemik yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Sayangnya tidak sedikit
dari jenis katak tersebut yang terancam punah padahal
sampai sekarang belum satupun jenis kodok yang
dinyatakan dilindungi oleh pemerintah
Indonesia.
Padahal Kodok
adalah kelompok binatang yang sangat peka
terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan,
ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi ini dapat
dijadikan indikator perubahan lingkungan. Jika populasi Katak di suatu
wilayah berkembang dengan baik dapat dipastikan lingkungan di tempat
tersebut masih sehat demikian juga sebaliknya.
Penyebab
utama kelangkaan Kodok di Indonesia adalah
hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis,
pencemaran air sungai, dan konversi lahan basah menjadi areal
perkebunan. Jenis-jenis kodok asli hutan hidupnya sangat bergantung pada
keberadaan hutan. Maka, rusaknya hutan akan berdampak negatif pada
kelangsungan hidup jenis-jenis itu.
Selain menyumbang sepertiga jumlah
spesies katak di dunia, katak Indonesia mempunyai
banyak keunikan. Di antaranya warna, ukuran, hingga struktur tubuh. Katak
unik dan langka di Indonesia antara lain:
- Katak terbesar. Limnonectes blythi, besarnya mencapai 30 cm. Kodok ini ditemukan di Sumatera Barat. Dipercaya sebagai Katak terbesar kedua di dunia.
- Katak terkecil, Oreophryne minuta, ditemukan di Papua
- Kodok Merah atau Kodok Darah (Leptophryne cruentata). Kodok berwarna merah itu ditemukan Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan merupakan satu-satunya katak yang berwarna merah di Indonesia. Telah masuk dalam Red List International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status CR (critically endangered) atau “terancam punah”
- Katak tanpa paru-paru, Barbourula kalimantanensis. Kodok yang tak mempunyai paru-paru ditemukan di Kalimantan pada 1978. Hingga kini, kodok jenis ini hanya terdapat di Kalimantan. Katak yang bernafas menggunakan kulitnya ini hanya ditemukan di Taman Nasional Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat.
- Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni) merupakan spesies endemik yang dulunya hanya tinggal di dataran tinggi kawasan hutan Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Ukuran tubuhnya termasuk kecil dan arboreal atau hidup di lubang-lubang pohon. Satus konservasinya berdasarkan IUCN adalah CR (critically endangered) atau “terancam punah”. Keberadaannya sangat sulit diketemukan. Bahkan satu-satunya sampel yang ada diambil tahun 1930-an dan disimpan di Museum Leiden, Belanda.
- Kongkang Jeram (Huia masonii), Kodok Pohon Mutiara (Nyctixalus margaritifer), Kodok Pohon Kaki Putik (Philautus pallidipes), dan Kodok Pohon Jawa (Rhacophorus javanus). Keempatnya merupakan katak endemik Jawa yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Menurut IUCN keempatnya berstatus “rentan” (VU).
Selain daftar di atas masih
terdapat banyak spesies katak lainnya yang yang memiliki
keunikan. Bahkan diyakini, di luar 351 jenis Katak yang
telah teridentifikasi masih
terdapat ratusan jenis lainnya yang belum dikenal.
Sayang data
tentang kodok di Indonesia masih
sangat kurang. Kurangnya data ini terkait dengan minimnya ahli di bidang
ini. Bisa saja terjadi akan banyak spesies Katak yang
punah
lebih dahulu sebelum sempat dikenali. Maklum langkanya Katak di
Indonesia berbanding dengan para peneliti dan ahli di bidang ini.
Bahkan uniknya, mungkin saja, para ahli Katak ini lebih
langka dari pada Katak itu sendiri (?).
Referensi: republika; Koran Tempo
(2 Maret 2009); cetak.kompas.com (17 Desember 2008). Gambar:
trubus;
No comments:
Post a Comment