Pada acara tersebut menampilkan pembicara, yaitu :
No. | Judul Makalah | Pembicara | Institusi |
1. | State of Art Pengetahuan Arkeologi Gunung Padang | Dr. Lutfi Yondri (Arkeolog Peneliti Gunung Padang) | Balai Arkeologi Bandung |
2. | Arsitek Imajiner dari Gunung Padang yang serupa Piramida Maya (Peru) | Dr. Pon. Parajatmika | Mantan Ketua Himpunan Arsitek Jawa Barat |
3. | Musik Purba dan Astronomi Gunung Padang | Hokki Sitongkir | Bandung Fe |
4. | Presentasi Temuan Fenomena Gunung Padang, Cianjur | Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba | |
5. | Riset Independen batuan Gunung Sadahurip | Dr. Sujatmiko | IAGI |
6. | Tinjauan Gunung Sadahurip | Ir. Awang Satyana | BP MIGAS |
7. | Analisa morfo-Geologi Gunung sadahurip Menguraikan Hasil Akhir dari Survei Geolistrik Supersting 3D | Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba |
Acara
dibuka oleh Andi Arif Staf Ahli Khusus Presiden Bidang Sosial dan
Bencana. Perlu diketahui bahwa Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba
sebenarnya tidak mengatasnamakan institusi akan tetapi kumpulan orang
yang mempunyai keahlian dalam bidangnya khususnya geologi yang mempunyai
minat dan hobi pada kebencanaan.
Tujuan diskusi ini adalah
- menginventarisasi gempa-gempa purba untuk memitigasi bencana,
- tim bertugas untuk mencari bukti-bukti gempa purba dan kalau bisa dengan perioda waktunya, sehingga apabila perioda waktunya diketahui maka dapat dijadikan acuan untuk mitigasi bencana.
- Tim tidak mencari piramida
Demikian dikatakan Andi Arif dalam kata sambutannya.
Dr.
Lutfi mengulas Gunung Padang dilihat dari persepektif arkeologi, dimana
di atas gunung tersebut terdapat batu-batu megalitik yang masih
tersusun dengan baik (walaupun ada yang sudah berantakan), dimana
seolah-olah terdapat 5 (lima) ruangan (trap) yang berbeda. Dari
masing-masing ruangan terdapat susunan batu yang juga tersusun rapi,
khusus di ruangan yang terakhir susunan batu makin banyak dan kalau
diperhatikan maka akan terlihat jelas mengarah ke puncak gunung Gede.
Hal ini berdasarkan pengetahuan orang-orang pra-sejarah dimana gunung
merupakan salah satu benda yang dipuja. Bahkan ada susunan batu yang
tersusun seperti di ruangan tamu, dimana terdapat tempat-tempat duduk
juga terbuat dari batu dengan ukuran relatif kecil dan ada satu batu
yang berukuran besar. Ada hal yang sangat menarik dari situs tersebut
diamana dinding turap yang tersusun dengan baik dan apabila diperhatikan
batu-batu tersebut saling mengunci sehingga bangunan ini dianggap
menyimpan kekayaan arsitektur yang sangat mengagumkan, demikian
dikatakan oleh Lutfi.
Tim
katastropik purba merupakan tim yang mempunyai interest dalam
kepurbakalaan terutama dilihat dari kacamata disiplin ilmu geologi,
perlu diketahui juga bahwa tim tersebut bersifat non profit, demikian
dikatakan Danny Hilman N., peneliti dari Puslit geoteknologi LIPI dimana
beliau merupakan salah satu anggota tim tersebut disamping ada peneliti
lainnya seperti Andang Bahtiar dari ITB.
Metoda
yang dipakai tim dalam penelitian di Gunung Padang adalah analisis
bentang alam, proses geomorfologi, geologi permukaan, paleoseismologi,
survey georadar, survey geolistrik, survey geomagnet, Trenching dan
pemboran. Semua survey tersebut dilakukan untuk lebih meyakinkan obyek
yang diteliti disamping itu juga sekaligus untuk kalibrasi alat-alat
yang dipakai.
Lokasi Gunung
Padang, apabila diperhatikan sangat dekat dengan patahan Cimandiri
dimana apabila terjadi gempa yang diakibatkan oleh aktivitas patahan
tersebut diperkirakan semua bangunan yang ada di gunung tersebut akan
hancur atau paling tidak akan rusak.
Dari
hasil survey tersebut, ditemukan ada beberapa lapisan yang berbeda di
bawah permukaan Gunung Padang bahkan Danny memperlihatkan hasil
intepretasi geolistrik sampai dengan 3 dimensi. Dari hasil survey ini
ditemukan ada bagian-bagian yang berbeda terutama dari material yang ada
di bawah permukaan, ada yang bersifat pejal dan ada juga yang bersifat
lunak. Hal ini dicirikan dengan adanya medan listrik yang berbeda-beda.
Bahkan setelah diinterpretasi ada material yang susunannya saling
silang, ada yang berbentuk cawan, ada semacam rongga yang relatif besar,
ada yang tegak dan sebagainya. Untuk meyakinkannya tim mencoba membuat
bor sampai kedalaman 27 M, ternyata hasil pemboran sangat mengejutkan
tim karena dari hasil pemboran pada kedalam sekitar 8-15 meter (?)
ditemukan lapisan pasir halus. Pasir ini menurut tim tidak mungkin
berasal dari alam tanpa adanya campur tangan manusia, mengingat
disamping kehalusannya juga keseragamannya. Pemboran ini hanya dilakukan
pada dua titik yang berbeda akan tetapi lapisan-lapisannya relatif sama
baik jenis material, ukuran maupun kedalamannya.
Berdasarkan
hasil-hasil temuan di atas, tim mengambil kesimpulan bahwa di bawah
gunung padang terdapat sebuah bangunan purba yang telah dibuat oleh
manusia, dimana diperkirakan berumur sekitar 7000-4500 SM. Untuk
meyakinkan tim juga membuat rekonstruksi bangunan tersebut dengan
menggunakan animasi di komputer.
Tim
menyarankan untuk diteliti lebih lanjut terutama oleh arkeolog agar
lebih jelas bagaimana bentuk bangunan yang ada dan lebih jauh lagi
bagaiman peradaban manusia jaman itu sampai dapat membuat bangunan yang
menurut kacamata geologi relatif rawan bencana akan tetapi bangunan
tersebut malah tahan bencana.
Sementara
itu untuk Gunung Sadahurip yang ada di Garut, berdasarkan penampakan
secara kasatmata memang berbentuk seperti piramid yang ada di Mesir.
Perlu diketahui bahwa gunung ini dikelilingi oleh beberapa gunung aktif
seperti Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan gunung lainnya yang apabila
dihitung sebanyak 5 buah. Bahkan menurut Ir. Awang Satyana, di sekitar
gunung Sadahurip ada beberapa punggungan hanya saja ada bagian
punggungan yang sekarang sudah menjadi lembah yang luas. Awang
mempertanyakan kemanakah material-material yang sekarang menjadi lembah
itu? Karena menurut Awang apabila alam yang mengangkut material tersebut
sangat tidak mungkin karena banyaknya volume yang hilang. Awang
berpendapat ada campur tangan manusia yang memindahkan material-material
tersebut hanya saja kemanakah material-material tersebut dipindahkan
mungkinkah ke Gunung Sadahurip ? tanya Awang.
Sujatmiko
salah seorang peneliti cekungan Bandung, yang menurutnya telah naik ke
atas puncak Gunung Sadahurip dimana di atas puncak tersebut telah digali
orang berbentuk sumuran. Bahkan Sujatmiko menemukan batu artefak yang
ada garis-garis seperti tulisan/lukisan seperti yang ada di piramid di
Mesir. Oleh karena itu Sujatmiko meyakini bahwa Gunung Sadahurip
merupakan piramid yang tertimbun material lain (tanah).
Tim
peneliti bencana katastropik juga meneliti di gunung tersebut, hanya
saja belum seluruh survey dilaksanakan seperti di Gunung Padang,
sehingga untuk Gunung Sadahurip tim belum dapat menyimpulkan karena
harus diteliti lebih lanjut. Hanya saja berdarakan penelitian awal
(geolistrik) di gunung Sadahurip ada kemiripan dengan dengan Gunung
Padang dimana bagian atas ada bagian yang terpancung. Oleh karena itu
tim akan mencoba membuat lubang bor untuk meneliti lebih lanjut dan
diperkirakan akan dilakukan pemboran sekitar bulan Maret 2012.
Mudah-mudahan
dengan semakin banyaknya tabir yang terkuak akan lebih membuka mata
kita khususnya bangsa Indonesia, dimana bangsa ini merupakan bangsa yang
sudah maju dari segi peradaban tinggal bagaimana kita
menjaga/melestarikan warisan budaya yang telah dibuat oleh nenek-moyang
kita terdahulu.(cml)
No comments:
Post a Comment