Akhlaq adalah tata krama. Orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang banyak tetapi tidak memiliki akhlaq yang baik, tidak ada
gunanya alias “mbuak plek, musproh tanpo guno”. Tiap hari selalu menyakiti hati
orang lain, membuat susah orang lain, teman, dan tetangga. Dia tidak akan
pernah mendapat kemulyaan dari ilmu yang ia miliki, tatapi sebaliknya ia akan
mendapat murka dari Allah.
Di dalam suatu hadits dijelaskan:
اَكْمَالُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: " orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling bagus akhlaknya."
Jadi, belum dikatakan muslim sejati jika belum berbuat baik
kepada saudaranya, tetangganya, maupun orang lain. Bagaimana akhlak yang baik
itu?
Akhlaq itu dibagi menjadi tiga tingkatan:
- Tingkat pertama( bawah)
Akhlaq hasan, disakiti di balas menyakiti, dicubit dibalas
mencubit
- Tingkat kedua (menengah)
Akhlaq karima, ini adalah akhlaq yang mulya yang harus dimiliki,
sebagai seorang muslim sejati. Contohnya: disakiti dibalas dengan mema’afkan .
- Tingkat ketiga (atas)
Akhlaq ‘adhiima, tingkat yang ketiga ini adalah akhlaq yang paling
mulya tingkat atas. Jika kita mampu melaksanakan akhlaq tingkat ketiga ini kita
akan menjadi orang yang luar biasa yakni jika disakiti, kemudian kita ma’afkan
dan kita balas dengan kebaikan. Sebagimana yang telah dicontohkkan oleh
rasulullah, “pada suatu kisah dijelaskan, ada seorang pengemis buta yang
sudah tua. Yang setiap hari berada di pinggir jalan di dekat pasar. Setiap hari
selalu memaki, menghina, menghasud rasulullah. Katanya rasulullah adalah
seorang pendusta, seorang yang jahat dan lain sebagainya. Rasulullah
dihina-hina “sampek entek elek emek kurang golek”. Tetapi apa yang dilakukan
oleh rasulullah, apakah beliau membalas dengan hinaan kepada pengemis buta
tadi? Apakah beliau datang kemudian menempeleng pengemis tadi? Bukan,
yang dilakukan rasulullah adalah mendatanginya tiap hari sambil membawa makanan
kepada pengemis tadi. Kemudian rasulullah menyuapinya dengan melunakkan makanan
tadi sebelum di masukkan ke mulut sang pengemis, sambil mendengarkan celotehan
si pengemis yang menghina-hina diri beliau. Tetapi beliau dengan sabar tetap
melanjutkan menyuapi nya sambil tersenyum.
Kemudian, setelah rasulullah wafat. Abu bakar yang menggantikan untuk
menyuapi si pengemis tadi. ternyata pengemis merasakan hal yang berbeda dalam
menerima suapan, “si pengemis berkata: kau bukanlah orang yang biasanya?
Orang yang biasa menyuapi ku makanan selalu melunakkan dulu makanannya sebelum
memasukkannya ke dalam mulut ku. Siapa kamu ini?”. Kemudian di jawab abu bakar,
“benar, aku adalah sahabatnya. Orang yang senantiasa memeberikanmu makanan
dengan melunakkan terlebih dahulu itu adalah yang tiap hari kau hina-hina, kau
maki-maki, kau jelek-jelekkan di depan orang banyak. Sekarang ia sudah
meninggal dunia”.
Setelah mendengar penjelasan dari abu bakar, kemudian menangis pengemis
tadi, menyesali perkataan-perkataan yang pernah dituduhkan kepada Muhammad,
seketika itu juga ia menyatakan untuk masuk ke dalam agama islam. Itulah akhlaq Rasulullah yang ‘adhiima, disakiti tetapi beliau
membalas dengan kebaikan.
Ada lagi contoh akhlak adhiima yang diteladankan oleh rasulullah, yaitu
ketika umar bin khottob berniat membunuh rasulullah karena telah menyebarkan
agama islam secara terang-terangan, dan nabi mengetahuinya. Apakah nabi berniat
membunuh juga terhadap umar bin khottob? Tidak, tetapi beliau mendoakan umar
agar diberikan hidayah oleh Allah.
Ada lagi kisah sayyidina Ali yang diludahi
musuhnya, kemudian disuatu hari sayyidina Ali mempunyai kesempatan untuk
meembunuh orang itu. Tetapi moment itu beliau gunakan untuk memaafkannya.
Wallahua'lam bi ash-showab.
Wallahua'lam bi ash-showab.
No comments:
Post a Comment