Setelah kematian suatu mahluk hidup, sebuah fosil akan muncul lewat pengawetan bagian-bagian keras yang tersisa, seperti tulang, gigi, cangkang, atau kuku. Fosil secara umum dianggap sebagai bagian satu tumbuhan atau binatang dalam keadaan membatu. Akan tetapi, fosil tidak muncul hanya lewat pembatuan. Sebagian selamat hingga hari ini tanpa cacat atau pembusukan struktur tubuh, seperti mamot yang membeku di dalam es atau serangga serta spesies reptil dan invertebrata kecil yang terawetkan dalam damar.
Seekor tabuhan berumur 28 hingga 54 juta tahun, terawetkan dalam damar.
Capung
yang terperangkap dalam lumpur ini mungkin suatu hari akan membatu dan
sampai kepada generasi mendatang sebagai petunjuk bahwa evolusi tidak
pernah terjadi.
Ketika mahluk hidup mati, jaringan-jaringan lunak yang membentuk otot-otot dan organ-organnya segera mulai membusuk karena pengaruh bakteri dan keadaan lingkungan. (Pada kejadian yang sangat jarang, seperti suhu dingin di bawah titik beku air atau panas kering gurun pasir, pembusukan tidak terjadi. ) Bagian-bagian organisme yang lebih tahan, biasanya yang mengandung mineral seperti tulang dan gigi, dapat bertahan untuk masa yang lebih lama, memungkinkan bagian-bagian itu untuk mengalami beraneka proses fisika dan kimia. Proses-proses itu membuat pemfosilan terjadi. Karena itu, sebagian besar bagian tubuh yang memfosil adalah tulang dan gigi vertebrata, cangkang brakiopoda dan moluska, rangka luar krustasea tertentu dan trilobit, garis luar organisme mirip karang, dan spons serta bagian-bagian berkayu tetumbuhan.
1. Karang: hewan laut berkapur yang membentuk karang.
2. Radiolaria: sejenis plankton renik yang memiliki rangka
silika.
3. Moluska dua cangkang kapur. Dalam fosil, organ-organ keras seperti ini mungkin terawetkan sempurna.
4. Graptolit: Fosil dengan rangka organis yang umumnya
meninggalkan jejak dalam batu serpih hitam. Mahluk-mahluk ini hidup dalam kelompok.
5. Gigi hiu: Tulang dan gigi terdiri atas umumnya fosfor, yang membuatnya lebih awet dibandingkan dengan by organ berjaringan lunak.
6. Fosil jejak: Fosil-fosil yang terbentuk oleh jejakjejak yang tampak pada endapan.
7. Amonit: Satu spesimen yang cangkangnya telah digantikan oleh pirit besi dan terawetkan.
8. Pohon membatu: Seiring waktu, sel-sel kayu pohon digantikan oleh silika dan membatu.
9. Damar: Organisme-organisme kecil terawetkan dalam getah.
10. Daun terkarbonkan: Tetumbuhan beralihrupa menjadi serat-serat karbon.
Keadaan sekeliling dan lingkungan organisme juga berperan penting dalam pembentukan fosil. Orang dapat meramalkan apakah pemfosilan akan terjadi atau tidak atas dasar lingkungan organisme. Misalnya, menurut pembentukan fosil, lingkungan bawah air lebih menguntungkan daripada tanah kering.
Fosil ikan berumur 50 juta tahun ini adalah petunjuk bahwa ikan selalu tetap ada sebagai ikan.
Agas berumur antara 15 dan 20 juta tahun ini terawetkan dalam damar.
Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantikan oleh mineral-mineral dalam cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selama proses mineralisasi, tahap-tahap berikut ini berlangsung:
Pertama, setelah diselimuti tanah, lumpur, atau pasir, tubuh organisme mati itu perlu segera dilindungi dari sentuhan udara. Selama bulan-bulan berikutnya, lapisan-lapisan baru endapan ditimbunkan ke sisa-sisa tubuh yang terkubur. Lapisan-lapisan ini bertindak sebagai tameng penebal, melindungi tubuh si binatang dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Kian banyak lapisan terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya; dan dalam beberapa ratus tahun, sisa-sisa binatang terbaring beberapa meter di bawah permukaan tanah atau dasar danau. Sambil waktu terus berlalu, struktur-struktur seperti tulang, cangkang, sisik atau tulang rawan pelan-pelan mulai mengalami penguraian kimia. Air bawah tanah mulai menembus struktur-struktur itu dan mineral-mineral terlarut yang terkandung dalam air-kalsit, pirit, silika, dan besi, yang jauh lebih tahan erosi dan penguraian kimia-perlahan-lahan mulai menggantikan zat-zat kimia dalam jaringan. Maka, selama jutaan tahun, mineral-mineral ini memunculkan salinan batu yang persis dengan menggantikan jaringan tubuh organisme. Akhirnya, fosil pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama dengan organisme aslinya, walau kini telah beralih menjadi batu.
Kadang-kadang,
organisme-organisme rapuh juga membatu dalam keadaan-keadaan luar
biasa. Dalam foto adalah bintang laut dari Zaman Jura (206 hingga 144
juta tahun silam). Tidak ada perbedaan apapun antara fosil ini dan
bintang laut di zaman kita.
Berbagai keadaan dapat dijumpai selama mineralisasi:
1. Jika rangka sepenuhnya berisi larutan cair dan penguraian terjadi pada tahap lanjutan, struktur dalam membatu.
2. Jika rangka sepenuhnya digantikan oleh mineral selain aslinya, suatu salinan lengkap cangkang akan dihasilkan.
3. Jika cetakan persis rangka terbentuk akibat tekanan, maka sisa-sisa permukaan luar rangka mungkin bertahan.
Di sisi lain, pada fosil tumbuhan, yang terjadi adalah karbonisasi akibat bakteri terkait. Selama proses karbonisasi, oksigen dan nitrogen ditukar dengan karbon dan hidrogen. Karbonisasi terjadi dengan penguraian molekul-molekul jaringan oleh bakteri melalui perubahan-perubahan tekanan dan suhu atau beragam proses kimia, yang mendorong perubahan-perubahan kimia pada struktur protein dan selulosa sedemikian sehingga hanya serat-serat karbon yang tersisa. Bahan-bahan organik lain seperti karbon dioksida, metana, asam sulfat, dan uap air lenyap. Proses ini melahirkan lapisan batubara alami yang terbentuk dari rawa-rawa yang ada selama Zaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam).
Fosil kadang kala terbentuk ketika organisme terendam dalam air yang kaya kalsium dan terlapisi oleh mineral-mineral semacam travertin. Sambil membusuk, organisme itu meninggalkan jejak dirinya di lapisan mineral.
Kulit
dan sisik ikan dari Zaman Trias (250 hingga 203 juta tahun silam) ini
membatu lengkap dengan semua rinciannya. Contoh ini mengungkapkan bahwa
ikan ini telah memiliki struktur sisik yang sama 250 juta tahun silam.
Pemfosilan sempurna bagian-bagian lunak mahluk hidup, bahkan termasuk rambut, bulu atau kulit, jarang ditemukan. Sisa-sisa bentuk kehidupan berjaringan lunak Zaman Prakambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun yang lalu) terawetkan sangat baik. Ada juga sisa-sisa jaringan lunak mahluk hidup yang memungkinkan struktur-struktur dalam dari Zaman Kambria (543 hingga 490 juta tahun lalu) untuk dipelajari hingga saat ini di samping sisa-sisa jaringan kerasnya. Fosil bulu dan rambut binatang yang terawetkan dalam damar dan sisa-sisa fosil berumur 150 juta tahun merupakan contoh-contoh lain yang memungkinkan penyelidikan terinci. Mamot yang membeku di bongkahan es Siberia atau serangga dan reptil yang terjebak dalam damar di hutan-hutan Baltik juga memfosil bersama dengan struktur jaringan lunaknya.
KARANG SPONS TERBESAR DI BUMI.
Karang spons berumur 145 juta tahun ini adalah jejak lantai Laut Tethys. Spons zaman kita tidak
berbeda dengan yang membentuk bukit ini. Spons-spons ini membuat terang bahwa mereka
tidak mengalami evolusi apapun.
Karang spons berumur 145 juta tahun ini adalah jejak lantai Laut Tethys. Spons zaman kita tidak
berbeda dengan yang membentuk bukit ini. Spons-spons ini membuat terang bahwa mereka
tidak mengalami evolusi apapun.
Fosil bisa sangat beragam dari segi ukuran, sesuai dengan jenis organisme yang terawetkan. Beraneka fosil telah diperoleh dari mikroorganisme yang membatu hingga fosil raksasa binatang-binatang yang hidup bersama sebagai kelompok atau kawanan, menurut pola hidup bermasyarakat. Salah satu contoh fosil raksasa yang paling mencolok seperti itu adalah karang spons di Italia. Mirip dengan sebuah bukit raksasa, karang itu terdiri atas spons batu gamping berumur 145 juta tahun yang tumbuh di dasar laut kuno Tethys dan belakangan terangkat sebagai akibat gerakan lempeng tektonik. Fosil ini mengandung spesimen-spesimen bentuk kehidupan yang menghuni karang spons selama Zaman Trias. Lapis batuan Burgess di Kanada dan Chengjiang di China termasuk di antara lapisan-lapisan fosil terbesar yang berisi ribuan fosil dari Zaman Kambria. Lapisan-lapisan damar di Republik Dominika dan sepanjang pantai barat Laut Baltik adalah sumber-sumber utama lainnya bagi fosil serangga. Lapisan fosil Sungai Hijau (Green River) di negara bagian Wyoming, Amerika Serikat, lapisan fosil Sungai Putih (White River) di Amerika Tengah, lapisan Eichstatt di Jerman dan lapisan fosil Hajulah di Lebanon adalah contoh-contoh lain yang layak disebutkan.
Dalam Berapa Kelompokkah Fosil Dipelajari?
Sebagaimana dengan mahluk yang masih hidup, fosil juga dipelajari menurut kelompok-kelompok yang dirujuk sebagai kingdom (kerajaan). Di abad ke-19, fosil-fosil dikelompokkan bersama menurut dua kelompok dasar: tumbuhan atau hewan. Penelitian dan temuan lanjutan memaksa kita membentuk kelompok-kelompok fosil utama lainnya, termasuk untuk bentuk-bentuk kehidupan seperti jamur dan bakteri. Sesuai dengan pengelompokan fosil yang dikembangkan di tahun 1963, fosil dipelajari menurut lima kerajaan terpisah:
1. Animalia-fosil-fosil dari kerajaan hewan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 600 juta tahun silam.
2. Plantaea-fosil-fosil dari kerajaan tumbuhan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 500 juta tahun silam.
3. Monera-fosil-fosil bakteri tanpa inti, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 3,9 milyar tahun silam.
4. Protoctista-fosil-fosil organisme bersel tunggal. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 1,7 milyar tahun silam.
5. Fungi-fosil-fosil organisme bersel banyak. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 550 juta tahun silam.
Zaman-Zaman Geologi dan Paleontologi
Informasi dasar pertama menyangkut kerak Bumi mulai diperoleh di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 selama pembangunan rel-rel kereta api dan terowongan-terowongan. William Smith, seorang Inggris pembangun terowongan, melihat selama bekerja bahwa ada batu-batuan sepanjang Laut Utara yang mirip dengan yang digali di Sommerset yang berasal dari Zaman Jura (206 hingga 144 juta tahun silam). Dengan berbagai spesimen batuan dan fosil yang ia kumpulkan dari satu sudut ke sudut lain negeri, Smith menulis peta permukaan geologi Inggris yang pertama. Di samping itu, berdasarkan pada spesimen batu-batuan yang dimilikinya, Smith juga menggambarkan peta geologi bawah tanah untuk beberapa kawasan, yang merupakan suatu sumbangan besar bagi kemajuan geologi mutakhir dan menentukan kerangka waktu geologi Bumi. Berkat informasi yang dikandung oleh peta-petanya, sifat dan kandungan (besi, batubara, dsb. ) lapisan tepat di bawah permukaan dapat diketahui, bahkan sekalipun batuan itu tertutup tetumbuhan .
Peta
pertama yang dibuat oleh William Smith, bapak geologi Inggris,
memberikan sumbangsih besar kepada kemajuan geologi mutakhir.
Fosil berperan penting dalam perolehan semua informasi Smith. Kerangka waktu geologi dari Zaman Prakambria hingga Kuaterner digambarkan menggunakan data yang ditunjukkan oleh lapisan fosil, dan masih dipakai hingga kini. Berkat penyelidikan-penyelidikan atas struktur bebatuan, tahap-tahap yang dilalui oleh Bumi pada berbagai zaman diketahui dan fosil-fosil di dalamnya memberikan informasi tentang organisme yang pernah ada selama berbagai zaman. Menggabungkan kedua informasi ini menghasilkan sebuah kronologi yang menuturkan bahwa sejarah Bumi terbagi menjadi dua eon, yang kemudian terbagi lagi menjadi era-era, dan lalu era menjadi zaman-zaman.
1. Eon Prakambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun silam)
Prakambria dianggap sebagai zaman tertua dan terpanjang dalam sejarah Bumi dan dibagi menjadi aneka eon dan era. Masa antara 4,6 dan 3,8 milyar tahun lalu dirujuk sebagai Eon Hadea. Pada saat itu, kerak Bumi masih membentuk diri. Eon Arkea adalah antara 3,8 dan 2,5 milyar tahun silam, diikuti oleh Eon Proterozoikum, antara 2,5 milyar dan 543 juta tahun silam. Dalam rekaman fosil, ada berbagai jejak organisme bersel tunggal maupun banyak dari masa-masa ini.
2. Eon Fanerozoikum (543 juta tahun silam hingga hari ini)
Fanerozoikum berarti "kehidupan tampak atau diketahui. " Eon Fanerozoikum dipelajari menurut tiga era: Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum.
2A. Era Paleozoikum (251 hingga 543 juta tahun silam)
Era ini, yang berlangsung selama sekitar 300 juta tahun, adalah bagian pertama dan terpanjang Eon Fanerozoikum. Sepanjang masa Paleozoikum, iklim Bumi umumnya lembab dan sedang, walau zaman es terjadi dari waktu ke waktu.
Era Paleozoikum dipelajari menurut enam zaman: Kambria, Ordovisi, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
Batu-batuan dari Era PraKambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun silam) di Tanah Hijau (Greenland).
Perbukitan Ediacara di Australia mengandung batu-batuan
dari Era PraKambria. Fosil ubur-ubur berumur 543 hingga
570 juta tahun dalam foto juga ditemukan di Ediacara.
Rekaman fosil-fosil ini berasal dari ratusan juta tahun silam
menyangkal pernyataan tentang “proses evolusioner.”
Menurut pernyataan tak ilmiah para evolusionis:
1-Rekaman fosil harus menyediakan banyak bentuk
peralihan;
2-Peralihan dalam rekaman itu harus lambat dan bertahap,
dan harus menunjukkan suatu perkembangan dari sederhana
menjadi rumit;
3-Setelah sel khayal pertama berevolusi, spesies baru harus muncul. Juga, jejak-jejak spesies-spesies ini harus terlihat pada fosil. Akan tetapi, rekaman fosil tidak pernah membenarkan pernyataan para evolusionis. Fosil-fosil telah mengungkapkan sejumlah fakta nyata: dengan struktur-struktur khasnya, mahluk-mahluk hidup memiliki sifat-sifat yang khas dan
mudah dibedakan. Sifat-sifat ini tidak perlahan-lahan
diperoleh seiring waktu, dan tidak ada hubungan evolusioner
yang dapat disusuri di antara kelompok-kelompok organisme
hidup saat ini. Inilah salah satu petunjuk terpenting yang
mengungkapkan bahwa semua mahluk hidup diciptakan
tanpa cela oleh Allah bersama dengan semua sifatnya.
dari Era PraKambria. Fosil ubur-ubur berumur 543 hingga
570 juta tahun dalam foto juga ditemukan di Ediacara.
Rekaman fosil-fosil ini berasal dari ratusan juta tahun silam
menyangkal pernyataan tentang “proses evolusioner.”
Menurut pernyataan tak ilmiah para evolusionis:
1-Rekaman fosil harus menyediakan banyak bentuk
peralihan;
2-Peralihan dalam rekaman itu harus lambat dan bertahap,
dan harus menunjukkan suatu perkembangan dari sederhana
menjadi rumit;
3-Setelah sel khayal pertama berevolusi, spesies baru harus muncul. Juga, jejak-jejak spesies-spesies ini harus terlihat pada fosil. Akan tetapi, rekaman fosil tidak pernah membenarkan pernyataan para evolusionis. Fosil-fosil telah mengungkapkan sejumlah fakta nyata: dengan struktur-struktur khasnya, mahluk-mahluk hidup memiliki sifat-sifat yang khas dan
mudah dibedakan. Sifat-sifat ini tidak perlahan-lahan
diperoleh seiring waktu, dan tidak ada hubungan evolusioner
yang dapat disusuri di antara kelompok-kelompok organisme
hidup saat ini. Inilah salah satu petunjuk terpenting yang
mengungkapkan bahwa semua mahluk hidup diciptakan
tanpa cela oleh Allah bersama dengan semua sifatnya.
Zaman Kambria (543-490 juta tahun silam)
Sebuah gambaran mahluk-mahluk hidup Zaman Kambria.
Zaman ini adalah masa geologi di mana semua kelompok kehidupan dasar (atau filum) yang masih ada hingga hari ini dan bahkan juga yang punah, mendadak muncul. (Filum adalah pengelompokan terbesar setelah kerajaan dalam penggolongan mahluk hidup. Filum ditentukan menurut jumlah serta keragaman organ dan jaringan mahluk hidup, simetri tubuh, dan struktur dalamnya. Jumlah filum saat ini telah ditetapkan sebanyak 35, namun sekitar 50 filum ada selama Zaman Kambria. )
Kemunculan semua spesies itu demikian mendadak dan merentang sangat lebar sehingga para ilmuwan menyebutnya "Ledakan Kambria. " Evolusionis paleontologis Stephen Jay Gould telah melukiskan fenomena ini sebagai "peristiwa paling luar biasa dan membingungkan dalam sejarah Bumi, " sementara ahli zoologi evolusionis Thomas S. Ray menulis bahwa cikal-bakal kehidupan banyak sel adalah suatu peristiwa yang setara pentingnya dengan cikal-bakal kehidupan itu sendiri.
Batu-batu an di Newfoundland ini menunjukkan peralihan dari Zaman Kambria ke Zaman Ordovisi.
Jika kita merenungi Ledakan Kambria sebagaimana yang disajikan oleh ilmu paleontologi, ledakan itu jelas menegaskan penciptaan Allah dan menyanggah teori evolusi. Zaman PraKambria (sebelum Kambria) disesaki utamanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, dengan beberapa kehidupan banyak sel dengan sedikit sifat khas dan tidak memiliki struktur-struktur rumit seperti mata dan kaki. Karena itu, tidak ada petunjuk yang mendukung peralihan evolusioner khayali ke bentuk kehidupan Kambria dan bahkan tidak satu fosil pun dapat dinyatakan mewakili moyangnya. Di lingkungan tandus ini, yang dihuni hanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, keragaman kehidupan yang menakjubkan dengan ciri-ciri amat rumit mendadak muncul. Lebih lagi, lewat ledakan ini, muncullah bentuk-bentuk kehidupan yang satu sama lain terpisah oleh lebarnya perbedaan sifat struktur. Fosil-fosil mengungkapkan kesenjangan yang amat besar baik secara keterhubungan maupun kerumitan di antara organisme-organisme hidup dari masa PraKambria dan Kambria. Demikiaan mencolok kesenjangan itu sehingga para evolusionis, yang harus mampu membuktikan keterhubungan di antara kelompok-kelompok mahluk hidup, habis akal untuk menyusun hubungan kekerabatan di antara filum-filum, pada tingkatan teoretis murni sekalipun.
Fosil seekor mimi berumur 450 juta tahun, tidak berbeda dengan mimi dari zaman kita.
Zaman Kambria menunjukkan bahwa sejak awal, bentuk-bentuk kehidupan yang sangat berbeda dengan struktur yang sangat rumit muncul mendadak-dan, sebenarnya, inilah persis yang diajarkan oleh konsep penciptaan. Asal mula struktur-struktur sempurna yang dimiliki mahluk hidup adalah ciptaan Allah. Dalam rekaman fosil, struktur-struktur sempurna itu muncul dalam bentuk tiada cela tanpa memperlihatkan tahap-tahap cacat, setengah jadi, atau masih tak berfungsi sebagaimana yang disimpulkan oleh teori evolusi yang berlandaskan kebetulan.
Zaman Ordovisi (490 hingga 443 juta tahun silam)
Di zaman ini, sejumlah besar invertebrata laut hidup. Rekaman fosil telah menyingkapkan limpahan kekayaan keluarga mahluk laut selama Zaman Ordovisi. Selama masa itu, perubahan-perubahan iklim dunia akibat zaman es berujung pada punahnya sejumlah spesies. Suasana ini digambarkan sebagai "kepunahan Ordovisi. "
Sebagian bentuk kehidupan yang ada selama Zaman Ordovisi masih ada hari ini. Salah satunya adalah mimi. Mimi membatu berumur 450 juta tahun menunjukkan bahwa hampir setengah milyar tahun lalu, mahluk ini memiliki ciri-ciri dan perangkat rumit yang sama. Laba-laba air membatu tertua yang diketahui juga berasal dari Zaman Ordovisi (425 juta tahun), dan inilah bukti penting lainnya bahwa mahluk-mahluk hidup tetap tak berubah selama masa yang panjang. Di zaman yang-menurut skenario Darwinis-mahluk-mahluk hidup harus menjalani evolusi, laba-laba ini seharusnya mengalami evolusi, sisa-sisa ini membuktikan bahwa evolusi tak pernah terjadi dengan cara apapun.
Sebuah gambaran mahluk-mahluk hidup dari Zaman Ordovisi.
Zaman Silur (443 hingga 417 juta tahun silam)
Krinoid dar Zaman Silur.
Karena suhu naik lagi, gletser meleleh dan membanjiri beberapa benua. Ada banyak fosil tumbuhan darat yang berasal dari zaman ini, serta juga ekinoderma yang membatu seperti bakung laut, artropoda seperti kalajengking laut, aneka spesies ikan tak berahang dan ikan berkulit keras, serta juga beberapa spesies laba-laba.
Zaman Devon (417 hingga 354 juta tahu silam)
Tak terhitung fosil ikan berasal dari zaman ini. Selama Zaman Devon, semacam "penghilangan massal" terjadi dan spesies-spesis tertentu menjadi punah. Penghilangan massal ini memengaruhi karang koral, dengan stromatoporoida (sejenis koral pembentuk karang) menghilang sepenuhnya.
Namun, tidak ada perbedaan antara ribuan fosil ikan yang hidup selama Zaman Devon dan spesies hidup masa kini. Hal ini, sekali lagi, merupakan petunjuk penting bahwa mahluk-mahluk hidup tidak melalui perubahan selama perjalanan waktu jutaan tahun dan bahwa tidak beralasan untuk menduga evolusi tahap demi tahap mereka.
Fosil seekor Coelacanth berumur 410 juta tahun
dan Seekor Coelacanth di zaman kitaZaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam)
Fosil laba-laba berumur antara 295 dan 355 juta tahun.
Dikenal juga sebagai Zaman Batubara, zaman ini terbagi menjadi dua zaman: Zaman Karbon Bawah atau Mississippi, dan Zaman Karbon Atas atau Pennsylvania. Tanah naik dan turun, akibat tumbukan antarbenua, serta kenaikan dan penurunan permukaan air laut yang terkait dengan topi es kutub adalah peristiwa-peristiwa utama yang membentuk dunia selama zaman ini. Banyak fosil bentuk kehidupan laut dan darat berasal dari Zaman Karbon. Coelacanth, yang digambarkan para Darwinis selama bertahun-tahun sebagai yang disangka bentuk peralihan, masih hidup hari ini, membuktikan ketidaksahihan pernyataan itu. Ikan ini tidak melewati perubahan selama selang jutaan tahun dan tidak pernah mengalami "evolusi. " Berlawanan dengan pernyataan para Darwinis bahwa coelacanth itu sebuah "rantai yang hilang" yang membenarkan evolusi, ikan ini sebenarnya sebuah contoh "fosil hidup" yang telak membantah evolusi. Coelacanth telah menjadi bahan tak terhitung bentuk tebak-tebakan para evolusionis, tetapi kemunculannya sebagai fosil hidup memberi mereka sebuah dilema besar.
Zaman Perm (290 hingga 248 juta tahun silam)
Pada akhir Zaman Perm, suatu penghilangan massal terjadi yang mewakili akhir mutlak Era Paleozoikum. Rekaman fosil menunjukkan bahwa selama penghilangan akbar ini,90-95% spesies hidup punah. Pun demikian, sebagian bentuk kehidupan Perm bertahan hidup hingga hari ini. Spesimen-spesimen fosil dari Zaman Perm seperti capung dan laba-laba membuktikan bahwa evolusi tidak pernah terjadi kapan pun di masa lalu.
2B. Era Mesozoikum (248 hingga 65 juta tahun silam)
Era Mesozoikum terbagi menjadi tiga zaman: Trias, Jura, dan Kretaseus. Selama era inilah dinosaurus hidup dan punah.
Zaman Trias (248 hingga 206 juta tahun silam)
Era Mesozoikum dimulai dengan Zaman Trias. Sejumlah besar fosil Trias dari seluruh dunia menunjukkan keragaman tinggi pada bentuk kehidupan laut dan darat. Seperti yang terjadi pada zaman-zaman lain, tampaknya tidak satu pun fosil antara dari jenis yang diharapkan para evolusionis ada.
Para ilmuwan bekerja dengan fosil-fosil dari Zaman Trias.
Hutan
membatu di Arizona-terdiri atas kayu-kayu yang memfosil dan
membatu-adalah salah satu struktur tetumbuhan paling terkenal dari Zaman
Trias. Hutan ini, terdiri atas pohon-pohon yang kini dikenal sebagai
araukaria Chile, adalah bukti bahwa tetumbuhan tidak berevolusi.
Pohon-pohon ini, yang hidup 206 hingga 248 juta tahun silam, tidak
berbeda dengan yang hidup hari ini.
Zaman Jura (206 hingga 144 juta tahun silam)
Ruas dari Era Mesozoikum ini menyaksikan beraneka jenis dinosaurus dalam jumlah besar. Pada akhir zaman Jura, sebagian spesies amonit, spons laut, kerang, dan remis punah.
Fosil seekor capung berumur 150 juta tahun. Ia sama dengan capung-capung masa kini..
Fosil udang berumur 144 hingga 206 juta tahun. Ia tidak berbeda dengan udang hidup hari ini.
Kadal tuatara dari 200 juta tahun lalu, dan kadal yang sama yang hidup hari ini.
Namun, banyak bentuk kehidupan bertahan tak berubah sejak Zaman Jura-dengan kata lain, tanpa melalui bentuk evolusi apapun. Rekaman fosil penuh dengan contoh ciri-ciri seperti itu. Salah satu fosil buaya tertua yang diketahui, misalnya, berumur sekitar 200 juta tahun. Ada juga contoh fosil kadal tuatara yang lebih dari 200 juta tahun umurnya. Fosil-fosil udang dari Zaman Jura semuanya memiliki sistem sempurna dan struktur rumit yang tepat sama seperti yang dimiliki udang masa kini.
Seekor ikan dari 65 hingga 146 juta tahun silam, dan fosil kelelawar yang ditemukan di Prancis.
Zaman Kretaseus (146 hingga 65 juta tahun silam)
Zaman ini, tahap akhir Era Mesozoikum, dikenal sebagai zaman saat dinosaurus punah, seperti juga sejumlah besar spesies reptil dan tumbuhan darat.
Di sisi lain, banyak sekali spesies binatang air seperti bintang laut, kepiting, beberapa spesies ikan, kalajengking air, laba-laba, capung, penyu, dan buaya, serta aneka spesies tumbuhan berhasil bertahan hidup hingga hari ini. Spesimen-spesimen fosil seperti bintang laut berumur 135 juta tahun, mimi berumur 140 juta tahun, dan daun pohon gingko berumur 125 juta tahun hanyalah beberapa bukti hal ini. Sekalipun terpisah jutaan tahun, bentuk-bentuk kehidupan ini masih memiliki sistem rumit yang sama, yang membantah habis pernyataan-pernyataan para Darwinis tentang sejarah alam.
2C. Era Kenozoikum (65 juta tahun silam hingga hari ini)
Fosil buaya berumur 37 hingga 54 juta tahun ini ditemukan di Jerman.
Era Kenozoikum yang kita alami saat ini dimulai dengan berakhirnya Zaman Kretaseus. Hingga baru-baru ini, para ahli geologi dan palentologi membagi Era Kenozoikum menjadi dua zaman dengan panjang berbeda: Zaman Tersier dan Zaman Kuarter. Zaman Tersier mencakup suatu rentang waktu dari 65 juta hingga 1,8 juta tahun silam dan Zaman Kuarter meliputi 1,8 juta tahun terakhir. Akan tetapi, baru-baru ini, Era Kenozoikum dibagi menjadi tiga zaman terpisah. Dengan sistem baru ini, ketiga unsurnya adalah zaman-zaman Paleogin, Neogin, dan Kuarter
Satu ciri khas spesimen fosil yang diperoleh dari semua zaman geologi ini adalah bahwa spesies terkait tidak pernah mengalami perubahan apapun. Dengan kata lain, kapan pun kali pertama suatu spesies muncul dalam rekaman fosil, ia memertahankan struktur yang sama selama puluhan juta tahun hingga punah atau bertahan hingga hari ini-lagi-lagi, tanpa mengalami perubahan apapun. Inilah petunjuk jelas bahwa mahluk hidup tidak pernah mengalami evolusi.
Sejarah fosil spesies secara tegas dan jelas menyangkal teori evolusi. Adalah Allah Mahakuasa, dengan kekuasaanNya yang agung dan pengetahuanNya yang tak berhingga, Yang menciptakan beragam mahluk hidup yang berbeda satu sama lain dari ketiadaan dan membuat dunia ini laik huni.
Di Manakah Sebagian Besar Fosil Ditemukan?
Fosil tersebar luas hampir ke setiap pelosok Bumi. Pada beberapa jenis batuan, hampir tidak ditemukan fosil, tetapi pada jenis lainnya, banyak sekali fosil ditemukan. Para ahli geologi membagi jenis batuan ke dalam tiga golongan utama:
- Beku
- Endapan
- Metamorfis
Umur batuan ditentukan dengan penelitian terhadap peluruhan mineral radioaktif.
Batuan tertua di dunia ada di Tanah Hijau, berasal dari 3,8 hingga 3,9 juta tahun silam.
Golongan batuan beku mencakup granit dan batuan jenis basal yang terbentuk dari pendinginan magma yang ada di kedalaman Bumi atau yang disemburkan gunung-gunung berbentuk lava leleh. Batuan endapan terbentuk ketika pasir, lempung, lumpur, dan partikel-partikel atau zat-zat kecil yang terangkut air diendapkan satu di atas lainnya. Batuan metamorfis adalah batuan beku atau endapan yang mengalami perubahan struktur akibat suhu dan tekanan tinggi di kedalaman Bumi.
Sedikit fosil umumnya ditemukan di lapisan batuan beku. Contoh-contoh langka yang ditemukan adalah fosil-fosil yang dihasilkan ketika tumbuhan atau binatang terperangkap dalam lava leleh. Sangat sedikit fosil mampu menahan suhu dan tekanan tinggi yang mengubah rupa lapisan endapan menjadi batuan metamorfis. Hampir semua fosil ditemukan di lapisan endapan.
Hampir semua batuan endapan dibentuk oleh zat-zat yang terbawa oleh angin atau air atau dari pengikisan batuan jenis lain. Beberapa bentuk, seperti batubara, dibentuk oleh sisa-sisa tumbuhan dan binatang. Klastik adalah nama yang diberikan untuk batuan endapan yang dibentuk oleh partikel atau butiran halus. Batu paras dan syis (schist) merupakan contoh-contoh batuan seperti itu. Jika terjadi pelarutan zat yang diangkut, maka akibat pelarutan kimiawi atau penguapan, lapisan endapan "organik" terbentuk. Contoh batuan semacam itu adalah batu lempung dan dolomit. Secara umum, lapisan batuan endapan adalah campuran lapisan klastik dan organik. Fosil-fosil biasanya terlihat dalam batu serpih (shale), syis, batu paras, atau batu gamping yang terbentuk dari kapur (kalsium karbonat).
Bagaimanakah Cara Fosil Ditemukan dan Digali?
Mengumpulkan
batuan endapan dan berhati-hati membuka bagian yang diperkirakan berisi
fosil merupakan tahap penting pengumpulan fosil.
Perkakas yang dipakai untuk mengumpulkan fosil adalah alat-alat sederhana seperti yang digunakan para ahli geologi: palu, cetok, aneka alat pemotong, kompas, sikat, dan saringan.
Fosil kadang muncul ke permukaan ketika lapisan batuan lunak di sekelilingnya terkikis. Dalam hal itu, kita cukup membersihkannya dengan sikat. Akan tetapi, pengumpulan fosil biasanya tidak semudah itu. Batuan tempat fosil tersembunyi umumnya sangat keras dan dapat memakan waktu berjam-jam untuk menarik satu fosil dari batuan matriks (penyungkup). Sebelumnya, menentukan dari titik mana batu mesti dipecahkan adalah penting. Garis-garis retakan ditandai menurut lapisan batuan itu sendiri. Setiap jenis batuan dipecahkan dengan cara tersendiri. Syis, misalnya, memiliki lapisan-lapisan dengan mana garis-garis retakan dapat ditentukan. Di sisi lain, batu kapur tidak memiliki lapisan seperti itu. Pada saat yang sama, juga penting mewaspadai tanda-tanda seperti perubahan wana atau perbedaan struktur jika kita ingin fosil di dalamnya tidak rusak.
Setelah dikeluarkan dari batuan, fosil menjalani beragam proses. Ia harus dilindungi dan diperkuat selagi dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Salah satu metode yang digunakan adalah memantapkan fosil dengan perekat kimiawi. Cetakan-cetakan plester digunakan untuk fosil-fosil berukuran sangat besar. Bagian-bagian fosil yang berisiko selama pengangkutan dibungkus dengan kertas koran lembab dan lalu direndam ke dalam plester.
Selama
pemindahan, kadang kala fosil harus dilindungi oleh plester. Foto ini
menunjukkan cara sepotong tulang fosil ditutupi oleh plester.
Fosil lalu harus dibersihkan agar semua rinciannya tampak. Jika fosil lebih keras daripada batuan yang menyungkupinya, proses pembersihan jauh lebih mudah. Akan tetapi, jika fosil berstruktur lebih lunak, zat-zat kimia perlu dipakai. Salah satu cara paling umum adalah membersihkan penyungkupnya dengan asam. Cara ini membuat semua rincian fosil muncul. Pada beberapa kejadian-khususnya jika fosil amat halus dan berstruktur sama dengan batuan yang mengelilinginya-peranti sinar X dan pemindaian komputer digunakan untuk menentukan struktur fosil sebelum dikeluarkan dari tempatnya.
PENCUCIAN FOSIL DENGAN ASAM
Salah satu cara membersihkan fosil adalah menggunakan asam. Ini sebuah cara yang efektif untuk membersihkan
batu gamping yang menyungkupi sebuah fosil tanpa merusaknya.
1. Batuan yang mengelililingi fosil direndam ke dalam asam yang sesuai sampai sebagian kecil fosil terlihat;
2. Bagian fosil yang terlihat dicuci dan ditutupi dengan suatu bahan tahan asam.
3. Fosil direndam lagi ke dalam asam, dan pekerjaan ini diulangi beberapa kali.
4. Bahan pelindung harus direkatkan ke bagian fosil yang terlihat untuk melindunginya dari kerusakan.
5. Akhirnya, fosil sepenuhnya terbebaskan dari batuan yang menyungkupinya. Fosil dicuci
benar-benar untuk membersihkannya dari asam maupun bahan pelindung.
Kebenaran yang Diungkapkan Fosil tentang Mahluk Hidup: Penciptaan
Fosil
keong tertua yang diketahui dalam foto ini berasal dari Zaman Jura (206
hingga n144 juta tahun silam). Contoh-contoh pertama kelompok mahluk
hidup ke mana spesies ini termasuk telah ada sejak Zaman Kambria (543
hingga 490 juta tahun silam). Keong tetap sama selama ratusan juta
tahun, mengungkapkan ketidaksahihan evolusi.
Fosil-fosil yang digali hingga hari ini memiliki dua ciri yang amat penting dan keduanya menyanggah teori evolusi:
1. Kemantapan (stasis): Spesies-spesies menunjukkan tidak adanya perubahan selama masa keberadaannya di Bumi. Apapun struktur yang mereka perlihatkan saat muncul kali pertama dalam rekaman fosil, struktur itu tetap mereka miliki saat mereka akhirnya punah. Perubahan morfologis (bentuk) umumnya kecil dan tidak cenderung ke arah tertentu.
2. Kemuncukan Mendadak: Tidak ada spesies yang pernah muncul perlahan-lahan lewat diferensiasi (pembedaan) dengan moyang sangkaannya; spesies muncul mendadak dan "terbentuk sempurna. "
Nilai penting kedua hal ini adalah bahwa mahluk-mahluk hidup itu diciptakan, tanpa proses evolusi dan tahap-tahap peralihan yang mesti dilalui. Mahluk hidup tidak memeroleh sifat-sifat yang dimilikinya belakangan, namun sudah memilikinya sejak saat diciptakan.
Darwin sendiri mengetahui bahwa rekaman fosil menyanggah teori evolusinya, namun para Darwinis selalu enggan mengakuinya. Pada bab bertajuk "Kesulitan-Kesulitan tentang Teori" dalam bukunya The Origin of Species, Darwin mengakui bahwa rekaman fosil tidak dapat dijelaskan menurut teori evolusi:
Fosil lebah berumur antara 37 dan 54 juta tahun.
Mengapakah, jika satu spesies turun dari spesies lain lewat penahapan yang kehalusannya di luar akal, kita tidak melihat berjuta-juta bentuk peralihan? Mengapakah alam tidak kacau-balau alih-alih spesies-spesies, sebagaimana kita lihat, terbentuk baik? . . . Tetapi, karena akibat teori ini tak terhitung jumlah antara harus ada, mengapakah kita tidak menemukan mereka terbenam dalam jumlah tak terhitung di kerak bumi?. . . Mengapakah kemudian tidak setiap formasi geologi dan setiap lapisan sarat dengan rantai-rantai antara? Geologi pastilah tidak menyingkapkan rantai organis yang bertahap halus apapun; dan ini, mungkin, adalah keberatan paling nyata dan sungguh-sungguh yang dapat ditohokkan pada teori saya. " (Charles Darwin, The Origin of Species, Oxford University Press, New York,1998, pp. 140,141,227)
Pendapat yang diajukan Darwin untuk menjelaskan ketiadaan fosil bentuk peralihan-yang pada intinya menyatakan "saat ini, bentuk-bentuk peralihan tidak ada, namun akan ditemukan lewat penelitian lanjutan"-tidak lagi dapat dipakai hari ini. Data masa kini menunjukkan bahwa rekaman fosil luar biasa kayanya. Berdasarkan pada ratusan juta contoh fosil yang diperoleh dari beragam kawasan di dunia, sekitar 250 ribu spesies telah diuraikan-banyak yang memiliki kemiripan yang sangat dengan kira-kira 1,5 milyar spesies hidup hari ini. Melihat tidak adanya satu pun bentuk peralihan walau rekaman fosil demikian berlimpah, mustahil apapun bentuk peralihan akan muncul dari penggalian-penggalian baru.
Semua
mahluk hidup dalam rekaman fosil muncul lengkap dan dalam bentuk yang
sempurna. Misalnya, sebelum buaya dan bajing, tidak ada fosil milik
mahluk aneh yang setengahnya mirip seekor buaya, dan bagian lainnya
milik seekor bajing atau mahluk hidup lainya. Bajing selalu tetap
bajing, dan buaya selalu tetap buaya. Semua fakta ini mengungkapkan
bahwa pernyataan teori evolusi bahwa “mahluk-mahluk hidup telah
berevolusi perlahan-lahan selama jutaan tahun” sekadar hasil lamunan.
Rekaman fosil tidak memberikan satu contoh pun "bentuk peralihan" yang dapat dipakai para evolusionis sebagai petunjuk, namun menyediakan jutaan spesies yang memperlihatkan ketidaksahihan evolusi. Yang terpenting dari semua contoh adalah "fosil hidup, " fosil yang contoh hidupnya masih ada hari ini. Dari rekaman fosil, tampak bahwa mahluk-mahluk ini hidup pada berbagai zaman geologi dan menjadi bukti penciptaan, sebab tak ada perbedaan antara yang hidup jutaan tahun silam dan spesimen masa kininya. Para Darwinis tak berdaya menghadapi keadaan ini.
Ada
banyak spesies tumbuhan yang struktur tetap tak berubah sejak Zaman
Trias (206 hingga 248 juta tahun silam). Salah satunya adalah pohon
gingko. Fosil dalam foto ini berasal dari Zaman Jura (206 hingga 144
juta tahun silam). Cabang pohon gingko yang hidup di zaman ini.
Evolusionis Niles Eldredge mengakui bahwa mereka tak mampu menyediakan penjelasan atas perihal fosil hidup, yang mewakili hanya satu dari tak terhitung rahasia yang tak dapat disingkapkan evolusi:
". . . kelihatannya hampir tidak terjadi perubahan di bagian mana pun yang bisa kita bandingkan antara organisme hidup dan moyangnya yang membatu dari masa geologi yang sangat silam. Fosil-fosil hidup menyusun tema kemantapan evolusioner sampai ke derajat yang ekstrim. Kita belum sepenuhnya memecahkan teka-teki kehidupan hingga ke derajat yang ekstrim. . Kita belum sepenuhnya memecahkan teka-teki fosil hidup." (http://www.nwcreatio...silsliving.html)
Rahasia yang coba diungkapkan Niles Eldredge sebenarnya fakta yang nyata sempurna. Fosil-fosil hidup membuktikan bahwa spesies tidak menjalani evolusi, melainkan diciptakan. Para Darwinis mencoba mengabaikan fakta ini karena kepentingan ideologis dan bersikeras menjaga tetap hidup dogma-dogma dari 150 tahun yang lalu.
Tetapi, fakta-fakta kini dapat dipastikan jauh lebih jelas daripada di masa Darwin. Jumlah orang yang memahami dan memilih melangkah seiring dengan fakta-fakta terus meningkat, sementara mereka yang meyakini cerita-cerita dongeng dan tidak pernah mencoba meragukannya kian sedikit jumlahnya. Fakta-fakta tidak lagi dapat ditutupi dan disingkirkan sebagaimana terjadi di zaman Darwin. Genetika, mikrobiologi, paleontologi, geologi dan semua cabang ilmu pengetahuan terus mengungkapkan kebenaran yang tidak pernah diinginkan dan mungkin tidak pernah dinantikan oleh Darwin dan para pendukungnya-fakta penciptaan.
Pernyataan-pernyataan tidak nalar dan tidak alamiah yang dibuat para Darwinis, muslihat-muslihat yang mereka perbuat untuk memerdaya masyarakat umum dan propaganda yang mereka lontarkan untuk menyesatkan orang hanyalah tanda keputus-asaan mereka. Generasi-generasi mendatang akan terheran-heran tentang mengapa orang-orang dulu pernah bisa meyakini mitos Darwinis, sebab semua temuan ilmiah menyajikan fakta nyata bahwa evolusi tidak pernah terjadi dan bahwa Allah menciptakan alam semesta dan semua mahluk hidup.
No comments:
Post a Comment