Foto Satelit pada detik-detik terjadinya gelombang Tsunami di Aceh… Satelit yang ada di atas Aceh pada saat itu adalah suatu kebetulan?
Sebagian besar orang menganggap Tsunami Aceh adalah bencana alam murni, sebagian kecil lainnya melihat“out of the box” bahwa tsunami adalah hasil rekayasa senjata thermonuklir Amerika yang diujicobakan. Salah satu dari mereka, M.Dzikron AM, dosen Fak Teknik Unisba menjelaskan hipotesa tentang hal ini,
1. NOAA, National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa kali merubah data magnitudo dan posisi episentrum gempa, serta kejanggalan tidak adanya peringatan pada ‘seismograf’ di Indonesia dan India. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak spt tsunami di Aceh.
2. Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
3. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke sana.
4. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera Hindia.
Penjelasan
Jenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total dengan wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Metode teknologinya disebut SCALAR, yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk memanipulasi kekuatan alam.
Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir.
Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR. Anehnya, rancangan Tesla ini kemudian hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.
Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik ke langit negara-negara asia. Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama membuat senjata untuk memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa dan tsunami.
Apa yang dijelaskan Bartell dan Chossudovsky sebenarnya berada di luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami terlalu musykil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasy Hollywood, seperti orang-orang di seluruh dunia yang sebelumnya tidak pernah percaya pada Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi nuklir yang pada masa itu dianggap begitu canggih.
Seperti kita ketahui HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project)adalah senjata yang didisain untuk menciptakan bencana alam seperti gempa, badai dan tsunami. HAARP memiliki alasan sendiri untuk dijadikan sebagai kekuatan baru dalam isu pemanasan global, seperti dalam project teranyar mereka yang menggunakan ELF (Extremely Low Frequency) untuk menembus lapisan tanah dan es kemudian menghancurkan/melelehkan lempeng artik, melubangi ozon seperti yg sdh dijelaskan, membuat gempa spt di Haiti, China dan Korea, serta menciptakan ‘hurricane‘.
Simbol triple-six 666, One-Eye & Laut Terbelah ada di Museum Tsunami Aceh.
*Makna dari simbol 666, One-Eye (Mata Satu) &
Belitan Ular,
…
Pernahkah kita mempertanyakan hal ini? Kalau belum silahkan pertanyakan segera! Atau pernahkah anda memperhatikan simbol-simbol bangunan, baju, topi, tas, film-film yang beredar ataupun bentuk bangunan-bangunan di Aceh, seperti hotel-hotel? Kalau belum, coba perhatikan. Dan… apa yang telah anda dapatkan?
Ternyata begitu banyak simbol-simbol ataupun gambar-gambar benda-benda diatas yang membentuk simbol-simbol Yahudi. Sebut saja logo Bintang David dan Mata Horus atau The All Seeing Eye. Sekurang-kurangnya ada dua gedung yang memakai simbol ini, yakni, Hermes Palace’s Hotel dan Aceh Eye Center. Dan pada produk pakaian yang beredar di Aceh antara lain pada produk ProShop, baik logonya yang bergambar kepala Setan (yang biasanya dijadikan simbol musik rock metal) maupun gambar-gambar grafisnya yang ada pada t-shirtnya maupun topinya. Gambar-gambar tengkorak organisasi ekslusif Kabbalah di Universitas Yale, Skull n Bones dengan sangat mudah kita dapatkan menempel di baju maupun tas kawula muda Aceh. Belum lagi simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing yang pernah membantu proses rehab-rekon pasca musibah internasional tsunami di Aceh tahun 2004 lalu.
Bahkan ada mesjid yang mendirikan tiang-tiang bendera maupun menara-menara di depannya. Meskipun pemasangannya agak miring ke kiri. Lantas untuk apa tiang-tiang ini? Untuk memasang bendera-kah? Tapi kalau kita perhatikan, tiang-tiang bendera ini jarang dipakai bahkan tak pernah. Seperti yang penulis lihat di kampung halaman penulis. Seperti yang penulis ketahui, simbol pendirian tiang-tiang maupun menara di tengah-tengah atau di depan sebuah bangunan yang diagungkan (dihormati/dibanggakan) adalah kepercayaan Paganisme (penyembahan terhadap dewa-dewi). Amerika Serikat (AS) dan Vatikan contohnya. AS mendirikan Monumen Washington tepat di depan Gedung Putih, gedung pemerintahan AS atau disebut juga “Oval Office.” Sedangkan di Vatikan tepat di depan Gedung Khatolik Roma itu sendiri. Tiang maupun menara ini adalah pencitraan terhadap Phalus atau Obelisk, yang tak lain tak bukan adalah kelamin/phalus (maaf) pria, yang juga begitu diagungkan oleh ajaran ini.
Untuk logo pada simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing bisa kita lihat pertamakali pada logo Uni Eropa, yakni lingkaran bintang pada organisasi tersebut yang sebenarnya adalah simbol cincin Saturnus, yakni dewa yang mereka agungkan. Pemasangan cincin ataupun tukar cincin pada prosesi pernikahan maupun pertunangan yang tak tertutup kemungkinan dilakukan di Aceh ini juga mengagungkan Saturnus. Lalu, logo UNDP. Perhatikan logo PBB di atas tulisan UNDP. Jika kita perhatikan ada 33 seksi pada bagian dalam logo PBB. 33 sendiri adalah angka yang paling disukai oleh organisasi Kabbalah, semacam Freemasonry. Logo Aceh Peace Resource Center (APRC) juga bersimbol cincin Saturnus.
Seorang teman pernah mengatakan apalah arti sebuah simbol sehingga harus kita, umat Islam, harus mempermasalahkannya. Menurutnya masih banyak hal lain yang mesti dikaji. Dari buku “54 Cara Hancurkan Israel” dijelaskan kalau ternyata peran simbol-simbol Zionis Israel ini juga penting bagi kelangsungan hidup negeri penjajah itu. Karena ini adalah salah satu bagian dari alat propaganda mereka. Singkatnya, dengan memakai simbol-simbol Zionis Israel tersebut baik pada tas, topi, pakaian, dan lain sebagainya, maka, kita secara tidak langsung telah mendukung eksistensi negara teroris itu di Palestina dan juga secara tidak langsung kita, umat Islam, telah menyiratkan rasa bangga memakai simbol-simbol negara teroris pembunuh bayi-bayi Palestina tersebut.
Apalagi selanjutnya?
Organisasi charitas Zionis Yahudi seperti Lions Club dan Rotary Club juga pernah “bergentayangan” di bumi Aceh. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa kedua organisasi ini adalah milik Freemasonry.
Menurut almarhum ZA Maulani, yang sempat menjabat Kabakin Intelijen Indonesia ini, Rotary Club merupakan organisasi charitas ekslusif. “Disebut eksklusif, karena charter Rotary Club secara eksplisit membatasi jumlah anggotanya sesuai dengan jumlah bidang bisnis dan profesi yang ada pada masyarakat setempat. Rotary Club mengadakan konvensi tahunan yang laporan anualnya menjadi bahan masukan untuk bahan pengembangan strategi bagi gerakan Freemasonry Internasional.” Tentu saja pernyataan ini bisa dijadikan landasan persamaan terhadap kegiatan Lion Club. Jika masih belum percaya silahkan baca buku karangan Muhammad Fahim Amin berjudul “Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club,” yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.
Untuk film yang beredar di Aceh pun banyak yang memakai simbol-simbol Pagan ini di dalam filmya. Utamanya film-film kartun yang beredar di kios-kios VCD di Aceh. Lihat saja film kartun Death Note, yang bercerita tentang ambisi Light Yagami yang ingin menjadi the god of the new world (tuhan dari dunia baru), sebuah keinginan yang ingin dicapai oleh Bush dan konco-konconya yang kini dilanjutkan oleh Obama dan organisasi Pagan-Kabbalah seperti Freemason, Illuminati maupun Zionisme. Kemudian, film kartun Ragnarok: The Animation. Film kartun produksi Jepang ini juga sarat memakai istilah-istilah ajaran Pagan-Kabbalah yang kini sudah bersemi baik di AS maupun Eropa juga Asia. Simbol dewa Horus bisa kita perhatikan pada brosnya salah satu karakter kartun ini bernama Yuufa.
Film-film produksi Disney’s juga memakai simbol-simbol ajaran penyembah Lucifer ini pada setiap filmnya. Seperti diketahui, Disney’s sendiri adalah milik Zionis-Yahudi, yakni gembong para pengusung ideologi Pagan-Kabbalah. Walt Disney sendiri yakni pendiri Walt Disney’s Company adalah seorang Freemason derajat 33. Film-film produksi Disney’s ini sangat berbahaya di tonton oleh anak-anak karena mengajak mereka menyelesaikan setiap persoalan dengan sihir.
Salah satu majalah yang dikeluarkan oleh Disney’s adalah Witch Magazine. Majalah remaja yang mempunyai oplah yang cukup besar ini sekurang-kurangnya telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Untuk mengelabui pembacanya, Disney’s memberikan titik pada setiap hurufnya menjadi W.i.t.c.h. dan di setiap titiknya dimasukkan lima simbol Zionis-Yahudi, yakni Mata Horus, Segitiga Illuminati, Circle with a Dot (Lingkaran dengan titik ditengahnya, yakni melambangkan wanita), lalu simbol zodiak Pisces dan satunya lagi masih membingungkan penulis. Dan salah satu karakternya diceritakan berumur 13 tahun (sebuah angka yang menunjukkan ketigabelas suku bangsa Yahudi).
Simbol-simbol seperti ini juga muncul di drama anak—kalau tak salah penulis—di produksi oleh BBC, berjudul Teletubbies, yang juga sempat beredar di Aceh dalam bentuk VCD. Pada awal filmnya, coba perhatikan, pasti selalu diawali oleh terbitnya matahari berwajah bayi manusia. Matahari berwajah manusia ini adalah simbol Dewa Matahari bernama Ra, yang perayaan penyembahannya diadakan setiap tanggal 25 Januari. Setiap tokohnya sendiri juga memakai simbol-simbol ajaran pagan Yahudi ini diatas setiap kepala mereka. Sebut saja Tinki Winki yang memakai simbol piramida Illuminati yang terbalik, Dipsi memakai simbol kejantanan, yakni Phalus, Lala memakai simbol ikan Pisces dan Po memakai simbol kewanitaan, yakni Circle with a Dot. Logo Teletubbies adalah Mata Horus, yakni mata satu, matanya Lucifer (Dajjal) dan tulisan T-E-L-E-T-U-B-B-I-E-S sendiri berjumlah sebelas, salah satu angka favorit Kabbalah. Jika 11 dikali 2 maka akan diperoleh angka 22 dan jika dikali 3 akan diperoleh angka 33. Lagi-lagi angka favorit mereka! Jika kita jeli, maka simbol-simbol dan angka ajaran pagan Yahudi ini begitu banyak bertebaran di Bumi Seramoe Mekkah ini.
Meskipun di Aceh Majalah W.i.t.c.h. ini belum terbit, tapi ada satu produk majalah Disney’s yang terbit di Aceh yakni Album Donal Bebek yang diterbitkan oleh Kompas-Gramedia. Di album ini, ada satu kisah tentang seorang penyihir tua bernama Madam Mikmak yang selalu dapat menyelesaikan setiap persoalan lingkungannya dengan sihir. Selain itu ada lagi satu karakter lainnya yang selalu disandingkan dengan Paman Gober. Yaitu Mimi Hitam. Dalam salah satu kisahnya, demi menghilangkan kutukan sial dari sebuah batu rubi, Donal mengontak Mimi Hitam untuk menghilangkan kutukan tersebut. Mimi Hitam sendiri adalah seorang dukun yang ingin memiliki koin keberuntungan milik Paman Gober.
Perilaku ini lazim terjadi pada sebahagian masyarakat Indonesia yang percaya mitos dan pergi ke dukun untuk minta pertolongan keselamatan. Ini sungguh merusak aqidah!
Semoga saja masyarakat Aceh menyadari bahaya perusakan aqidah oleh Yahudi tersebut. Bagi yang ingin tahu lebih jelas lagi silahkan baca tulisan berjudul “Mickey Mouse Leading Kids to Hell” di situs Illuminati-news.com atau baca artikel berjudul “The Skill of Lying, the Art of Deceid: the Disney Bloodline” di situs Theforbiddenknowledge.com.
Kehadiran Yahudi di Aceh di mulai ketika kapal Vereenigde Oostindsche Company (VOC) merapat di dermaga Aceh. Setidaknya inilah sedikit keterangan yang bisa dijadikan patokan terhadap kehadiran mereka di Aceh. (Sebagai catatan, Indonesia memiliki untaian pulau kurang lebih dari 13000 pulau dan Indonesia memiliki 33 propinsi. Di dalam ajaran Pagan Yahudi, Kabbalah sendiri, angka 13 dan 33 memiliki arti yang sangat spesial).
Setelah menjejaki kakinya di Aceh, orang-orang Yahudi ini pun mulai mendirikan sebuah Lodge (Loji) Freemasonry bernama Loji Prins Frederickyang kini menjadi sebuah sekolah menengah atas SMAN 1 Banda Aceh. Menurut Dr Th Steven (1994), gedung loji Vritmeselarij itu telah digunakan sejak tahun 1878. Selain bukti kedatangan VOC di atas, bukti lain yang juga dapat menguatkan penelusuran ini adalah perkataan orangtua Aceh dulu, “Otakmu seperti Yahudi.” Bukti lainnya adalah adanya batu nisan yang ditulis dengan bahasa Ibrani dan gambar Bintang David, seperti simbol bendera Israel di batu nisan tersebut. Tabloid Kontras pernah dalam sebuah kesempatan menelusuri isu ini. Menurut informasi dari tabloid tersebut, lokasi batu nisan di atas dapat dilihat di dalam komplek pemakaman Belanda, Kerkouf.
Lantas adakah kota di Kutaraja ini yang dijadikan basis mereka? Untuk saat ini penulis masih belum banyak menemukan bukti mengenai hal itu. Tapi, ada satu daerah yang sempat dijadikan oleh orang Belanda sebagai perkebunannya. Daerah itu adalah Blower. Dahulu, masyarakat Aceh mengenalnya dengan nama Bulchover, yaitu nama pemilik perkebunan ini yang tak lain tak bukan adalah seorang berkebangsaan Belanda. Dan tak tertutup kemungkinan kalau Bulchover ini adalah beragama Yahudi. Lambat laun nama ini berubah menjadi Blower. Pemaparan lengkap tentang asal mula kota Blower ini silahkan baca di Tabloid Kontras bertema “Jejak Yahudi di Aceh.” Selain bukti-bukti di atas, adakah bukti-bukti lain?.
Kantor Berita Antara pada tanggal 12 September 2007 lalu sempat menurunkan laporan tentang niat seorang pengusaha Yahudi bernama George Soros yang ingin berinvestasi di Aceh dengan menggarap 20000 hektar perkebunan kelapa sawit. Informasi ini sendiri berasal dari Gubernur Irwandi Yusuf yang saat itu berada di New York, Amerika Serikat (AS). Berita ini langsung ditanggapi oleh media massa di Aceh maupun Nasional. Namun, entah karena banyaknya penolakan dari masyarakat Indonesia, pialang Yahudi yang sempat membuat perekonomian negara-negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) ini menjadi morat-marit tertimpa krisis finansial pada 1997 inipun akhirnya membatalkan niatnya tersebut.
Di dalam pemerintahan Gubernur Irwandi Yusuf sendiri hadir orang Asing yang menjadi penasehatnya. Sebut saja LeRoy Hollenbeck. Pria asal Amerika Serikat (AS) ini telah lama hadir di dalam Pemerintahan Aceh, semenjak Pj Gubernur Azwar Abu Bakar. LeRoy awalnya bekerja di BRR NAD-Nias kemudian diperbantukan di Pemda Aceh (Modus Aceh, Februari 2008). Masih menurut sumber yang sama, LeRoy juga diduga agen intelijen AS, CIA (Central Intelijen Agency) untuk Aceh. Selain LeRoy, tercatat ada tiga lainnya yang bersama Gubernur Irwandi. Seperti Reenata Korber (warga Austria), William Ozkaptan yang bertindak sebagai Koordinator Badan Narasumber Damai Aceh atau Aceh Peace Resource Center (APRC). Ia juga warga AS. Yang membuat aneh adalah hadirnya seorang pria asal Australia bernama Dr Damien Kingsbury. Track record-nya jelas, dosen senior pada Deakin University ini juga ikut terlibat dalam memerdekakan Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, silam. Ia pun sempat dideportasi oleh pihak imigrasi lantaran masuk ke Aceh lewat jalur ilegal pada November 2007 lalu. Melihat track record-nya dalam memerdekakan Timor Timur, bisa jadi ia punya misi pertolongan yang sama terhadap Aceh.
Tanggal 27 Maret 2008, Tabloid Intelijen menurunkan sebuah laporannya tentang sebuah operasi intelijen internasional bernama Hawk Eye. Hubungannya dengan Aceh adalah operasi ini bakal digelar disini yang berbasis di Pulau Weh, Sabang. Digunakannya Sabang sebagai basis mereka antara lain, karena Sabang memiliki pelabuhan yang akan digunakan sebagai Pelabuhan Bebas. Operasi ini sendiri dikabarkan bakal melibatkan Badan Intelijen Israel Mossad, CIA, M11, dan Scotland Yard. Salinan agak lengkap tentang mengapa operasi ini harus dilakukan di Sabang adalah sebagai berikut:
“…Mereka mengincar Pelabuhan Sabang karena Pemerintah Filipina menutup pangkalan militer AS, Clark and Subic. Ditambah lagi semakin meningkatnya perdagangan di Pelabuhan Benghazi, Libya. Oleh pihak Rusia, pelabuhan ini dipakai sebagai tempat menyuplai persenjataan ke beberapa negara di Timur Tengah. Dalam kondisi ini, Hawk Eye berada di Bhosporus, Turki. Posisi ini sangat timpang karena kontrol komando yang sangat panjang antara Washington-Brussel-Colon-Sisilia-Diego Garcia-Leghorn, Irlandia. Hal ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi, karena membutuhkan teknologi satelit dengan menggunakan metode digital pada jaringan yang sangat panjang dan lebar.”.
Terlebih lagi, lanjut Intelijen, operasional rutin armada tanpa pangkalan yang permanen membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan penuh resiko. “CIA, Mossad, M11, dan Scotland Yard berusaha merancang titik-titik Hawk Eye pada gerbang lintasan antarbenua. Pihak CIA dan kawan-kawan menaruh harapan pada Perancis di Terusan Suez, tapi alternatif ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Mereka pun berupaya membuka titik pos di Sasebo, tapi terhalang Vladivostok dan Shakalin milik Rusia. Di Pos Diego Garcia mereka juga terhalang oleh Teluk Andaman dan Nikobar. Maka harus ada titik lain pada gerbang Samudera Hindia dan Selat Malaka sebagai tempat lalu lintas ekonomi AS dan Eropa. Tidak ada alternatif lain kecuali menjadikan Pelabuhan Sabang sebagai jaringan Hawk Eye,” tutup tabloid yang kini telah menjadi majalah ini menyudahi penelusurannya.
Hermes Palaces Hotel Aceh
Peringatan Tragedi 911 – Membentuk Format All Seeing Eye
NWO Illuminated symbolism
Bahkan ada mesjid yang mendirikan tiang-tiang bendera maupun menara-menara di depannya. Meskipun pemasangannya agak miring ke kiri. Lantas untuk apa tiang-tiang ini? Untuk memasang bendera-kah? Tapi kalau kita perhatikan, tiang-tiang bendera ini jarang dipakai bahkan tak pernah. Seperti yang penulis lihat di kampung halaman penulis. Seperti yang penulis ketahui, simbol pendirian tiang-tiang maupun menara di tengah-tengah atau di depan sebuah bangunan yang diagungkan (dihormati/dibanggakan) adalah kepercayaan Paganisme (penyembahan terhadap dewa-dewi). Amerika Serikat (AS) dan Vatikan contohnya. AS mendirikan Monumen Washington tepat di depan Gedung Putih, gedung pemerintahan AS atau disebut juga �
Oval Office �
Sedangkan di Vatikan tepat di depan Gedung Khatolik Roma itu sendiri. Tiang maupun menara ini adalah pencitraan terhadap
Phalus ; link atau
Obelisk , yang tak lain tak bukan adalah kelamin (maaf) pria, yang juga begitu diagungkan oleh ajaran ini.
Untuk logo pada simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing bisa kita lihat pertamakali pada logo Uni Eropa, yakni lingkaran bintang pada organisasi tersebut yang sebenarnya adalah simbol cincin Saturnus, yakni dewa yang mereka agungkan. Pemasangan cincin ataupun tukar cincin pada prosesi pernikahan maupun pertunangan yang tak tertutup kemungkinan dilakukan di Aceh ini juga mengagungkan Saturnus.
lu, logo UNDP. Perhatikan logo PBB di atas tulisan UNDP. Jika kita perhatikan ada 33 seksi pada bagian dalam logo PBB. 33 sendiri adalah angka yang paling disukai oleh organisasi Kabbalah, semacam Freemasonry. Logo Aceh Peace Resource Center (APRC) juga bersimbol cincin Saturnus.
.
.
Mungkin ini berita lama tapi saya tertarik untuk mengulasnya lagi mengingat banyaknya kerusuhan yang melanda negera2 islam di dunia. Misteri rahasia
tsunami di Aceh.
Pendapat Eggi tersebut dikemukakan kepada Wawasan, usai dialog menyoal seratus hari pemerintahan SBY, di kantor pengacara Taufik SH di Solo. “Melalui pendapat dan analisa yang dikemukakan pakar nuklir independen asal Australia Joe Vialls, saya sepakat, bahwa ada indikasi kuat Amerika dengan dua kapal perangnya satu diantaranya bernama USS Abraham Lincoln, berada di balik tragedi itu,” katanya.
Menurut Eggi, sebelum terjadi bencana itu, Amerika telah mengeluarkan travel warning kepada warganya agar tidak berkunjung ke Indonesia. Sementara masuknya kapal induk asing, cukup mengundang pertanyaan, kenapa diperbolehkan oleh pemerintah kita. Dengan kata lain, Jakarta tahu benar akan keberadaan kapal asing di perairan kita.
“Ada temuan kejanggalan lagi, CNN selama ini memberitakan bahwa pusat gempa terjadi di dekat pulau We. Sementara yang terjadi sesungguhnya di dekat pulau Nias dengan kekuatan gempa hanya 5,4 skala richter. Namun yang terjadi adalah sebuah gelombang susulan dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Ironisnya, perusahaan AS Exxon yang ada di sana, luput dari bencana itu. Sehingga ada dugaan keras, ada senjata pemusnah massal yang diarahkan ke sana,” paparnya.
Usai kejadian itu, lanjut dia, tentara AS di kapal induk USS Abraham Lincoln yang jumlahnya 15.600 personil langsung diterjunkan. Sementara Kopassus dan Pasukan Reaksi Cepat (PRC), yang fungsinya sebagai penanggulangan bencana sama sekali tak diturunkan. Sementara India, Srilanka dan Thailand menolak kehadiran tentara asing itu. Televisi Al Jazeera pernah menyiarkan, bahwa bencana di Aceh bukanlah akibat gelombang tsunami. Akan tetapi sebuah bom helium yang bersifat halus namun mematikan.
“Kami menduga India memang sudah tahu akan adanya bencana itu. Karena negara itu justru punya pencatat gempa, yang bisa membedakan mana gempa sungguhan dan mana gempa buatan. Di India di Tamil Nadu, merupakan pusat nuklir. Sehingga sudah terdeteksi dulu.”
.
Menurut Eggi, Joe Vialls tahu benar senjata termonuklir yang diledakkan di bawah laut akan menimbulkan gelombang dahsyat. Sementara jika tsunami, ketinggian gelombang maksimal, tidak akan mencapai seperti yang terjadi di Aceh. “Sejarah juga mencatat, selamanya tsunami tidak berdampak membakar korbannya, karena air. Namun sempat ditemukan tiga orang anak nelayan Aceh yang terbakar dengan tubuh penuh oli.”
Disinggung rencana besar apa di balik itu, Eggi mengatakan, AS ingin menjadikan pangkalan militernya di Aceh. Hal itu dikuatkan dengan ditolaknya percepatan militer itu untuk segera mengakhiri bantuannya di sana. Aceh juga akan dijadikan jaringan pasar bebas perdagangan AS. “Dalam kontek ini, SBY lemah, intelijen kita juga lemah. Apalagi TNI,” jelasnya