Makam Nabi Muhammad
Orang yang pertama melakukan renovasi terhadap rumah yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad ialah Umar bin Khathab RA. Dia menggantikan pelepah-pelepah tamar dengan dinding batu.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa dinding yang telah dibangun oleh Umar RA, rendah lalu ditinggikan oleh Abdullah bin Zubair RA. Aisyah RA kemudian membangun satu dinding yang membagi rumah itu menjadi dua bagian.
Bagian itu yakni, satu bagian khusus yang menaungi makam-makam tersebut. Sementara satu bagian lagi dijadikan sebagai tempat kediamannya.
Ketika di rumah itu hanya ada makam Nabi Muhammad dan Abu Baka, Aisyah selalu menziarahinya tanpa memakai hijab/penutup. Tetapi setelah Umar dikebumikan di sana, Aisyah mulai memakai hijab ketika menziarahinya, karena rasa malu kepada Umar yang bukan mahramnya.
Satu tembok dibuat atas anjuran Aisyah untuk melindungi makam-makam itu dari perbuatan khurafat orang. Karena banyak orang yang mulai mengambil debu dan tanah dari tanah pemakaman itu untuk mencari berkah.
Dalam proses perluasan masjid, semua rumah istri-istri Rasulullah SAW dan makam-makam tersebut dimasukkan ke dalam masjid. Umar bin Abdul Aziz membangun dinding makam dengan menggunakan batu pejal sewarna dengan batu pejal di Ka'bah.
Bangunan itu dibangun betul-betul di tempat asalnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW Tinggi dinding itu sekitar 6.75 meter.
Umar bin Abdul Aziz telah berijtihad agar dinding makam tersebut dibangun dalam bentuk lima segi dan terletak di bagian selatan. Keputusan itu diambil agar tidak menyerupai Ka'bah ketika mengerjakan shalat dibelakangnya.
Ini juga sesuai dengan larangan shalat di makam sebagaimana sabda Nabi Muhammad, "Janganlah kamu semua duduk di atas makam-makam dan jangan shalat dengan menghadap arahnya."
Rasulullah SAW juga berdoa, " Ya Allah! janganlah Engkau jadikan makamku sebagai berhala yang disembah."
No comments:
Post a Comment