Kooptasi
gerakan zionis Internasional menyusup hingga ke semua kalangan. Mereka
bergerak untuk kepentingan Israel Dengan jargon-jargon yang terkesan
indah.
Banyak tokoh yang muncul ke permukaan dengan pencitraan yang aduhai.
Salah satunya ialah Dahlan Iskan, Mentri Badan Umum Milik Negara
(BUMN). Begitu menjabat, banyak gebrakan di lakukan sehingga menuai
pujian dari berbagai kalangan. Namanya melambung. Belakangan Dahlan
sudah mulai digadang-gadang sebagai calon Presiden Indonesia.
Tapi
tahukah anda, Dahlan Iskan tercatat sebagai anggota dari Lions Club
Indonesia. Ia tercatat sebagai anggota organisasi yang berafiliasi ke
Yahudi itu dengan nomor 83335. Ia menjadi anggota dari District 307B
Indonesia-Surabaya Surya. Ia sempat menjadi ‘President’ District
tersebut. Kini ia menjabat sebagai salah satu direktor.
Pantas
kemudian pandangan-pandangannya sangat neoliberal. Di tengah jabatannya
yang sekarang, ia pun tetap melanjutkan rencana privatisasi BUMN. Satu
per satu BUMN yang ‘sehat’ masuk dalam rencana penjualan. Pembelinya
tidak lain adalah kapitalis asing.
Sebelumnya,
di media yang di pimpinnya yakni Jawa Pos Grup,Dahlan memberi tempat
yang eksklusif bagi kelompok Liberal, Ulil dan kawan-kawan. Mereka
mengisi rubrik ‘Kajian Utan Kayu, yang pesan-pesannya kental akan nuansa pluralisme dan deislamisasi.
Lions
Club sendiri adalah sebuah klub yang di yakini oleh para ahli menginduk
kepada Freman sonry-tangan dari Zionisme Internasional. Tidak semua
orang bisa menjadi anggotanya. Hanya orang yang di anggap
berhasil/sukses dan berpengaruh yang bias masuk ke dalamnya. Lions club
secara lahiriah menyerukan ide “Ikatan Kemanusiaan” dan menghilangkan
diskriminasi antara umat manusia. Namun hakikat yang sebenarnya adalah
organisasi ini merupakan mantel selubung Zionisme.
Ketika berbicara soal utang, Dahlan Iskan membuat "penyesatan" luar biasa ...
Dahlan Iskan Dan Soal Utang
Apakah anda senang dengan utang yang terus meningkat? Hingga April
2012, utang pemerintah sudah mencapai Rp1.903 triliun. Data Bank
Indonesia tahun 2012 menyebutkan, pada tahun 2006 total utang luar
negeri Indonesia sebesar 132,63 miliar dollar AS, namun pada 2011 utang
itu sudah membengkak menjadi 221,60 miliar dollar AS.
Ada
yang cukup menggelitik soal utang yang terus meningkat. Itu ada di
tulisan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang berjudul “Tekad Baru: Hidup
Yang Polos-Polos Saja”. Sebetulnya, pesan yang hendak disampaikan Dahlan
lewat tulisan itu sangat bagus: bagaimana tekad yang sederhana bisa
mendorong harapan. Hanya saja, ketika berbicara soal utang, Dahlan Iskan
membuat “penyesatan” luar biasa.
Dahlan
Iskan bercerita tentang pertemuannya dengan warga desa Bunigeulis, yang
berada di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Warga desa itu
sedang diliputi kegelisahan terkait masalah bangsa. Salah satunya adalah
soal utang negara yang terus meningkat.
Kepada
warga desa itu Dahlan Iskan mengajukan pertanyaan begini: baik mana
Anda punya utang Rp8 juta tapi kekayaan Anda Rp10 juta, dengan punya
utang Rp20 juta tapi kekayaan Anda Rp100 juta? Bagi Dahlan Iskan, tak
soal utang Anda meningkat berapapun besarnya, asalkan kekayaan anda juga
meningkat drastis.
Penjelasan
Dahlan Iskan betul. Akan tetapi, jika penjelasan itu adalah analogi
terhadap kondisi utang negara kita saat ini, maka jelas terjadi
manipulasi besar-besaran di situ. Sebab, penjelasan soal utang negara
tak sesederhana kisah dua orang yang saling pinjam-meminjam.
Pertama,
utang negara yang terus meningkat tidak disertai dengan perbaikan
kondisi dan kualitas hidup rakyat. Artinya, penggunaan utang itu belum
tentu untuk menggerakkan perekonomian yang menyejahterakan rakyat.
Sebagian
besar utang itu dipakai untuk menggerakkan sektor keuangan. Sangat
sedikit yang dipakai untuk menggerakkan sektor real, yang notabene
menyangkut rakyat banyak. Dari data yang ada disebutkan, sebanyak 39,6
persen utang itu dipakai untuk menggerakkan sektor keuangan. Sedangkan
9,3 persen dipakai untuk perbaikan infrastruktur listrik, gas, dan air.
Kemudian sekitar 4,7 persen dipergunakan untuk pengangkutan dan
komunikasi. Sementara pertanian, yang menjadi tempat bergantungnya
puluhan juta rakyat, hanya menerima alokasi 3,0%.
Ini
yang membuat akumulasi utang luar negeri Indonesia tidak berkontribusi
pada perbaikan infrastruktur, perbaikan layanan dasar, dan penciptaan
lapangan kerja secara massif.
Kedua,
sejarah utang—terutama yang berhubungan dengan negara-negara dan
lembaga imperialis—adalah “jebakan” alias perangkap (debt trap). Utang
luar negeri, seperti ditulis oleh Susan George dalam buku “Debt
Boomerang: How Third World Debt Harms Us All”, merupakan suatu mekanisme
yang dibuat oleh negara maju (pendonor) untuk memaksa negara penerima
(peminjam) mengikuti aturan-aturan atau langkah-langkah yang mereka
paksakan.
Negara
yang ‘terperangkap utang’ akan dipaksa untuk terus menggenjot
ekspornya—terutama ekspor bahan mentah—dan melakukan penghematan pada
pengeluaran pemerintah dan belanja kesejahteraan sosial. Ini yang
terjadi di sejumlah negara Amerika latin satu dekade lalu dan sekarang
terjadi di Indonesia.
Mungkin
kita akan bangga dengan ekspor yang meningkat. Akan tetapi, seperti
ditulis oleh Eric Toussaint, Presiden Komisi Penghapusan Utang Negara
Dunia Ketiga, ekspor ini tidak lebih dari penjarahan kekayaan alam.
Menurut Toussaint, dalam dua dekade terakhir, telah terjadi transfer
kekayaan berkali-kali lipat dari pinggiran (dunia ketiga) ke pusat
(negeri-negeri imperialis). Yang terjadi, negara dunia ketiga akan
mengalami kekurangan bahan mentah dan bencana ekologis.
Di
samping itu, untuk membayar utang, negara penerima pinjaman harus
melakukan penghematan besar-besaran: pemangkasan subsidi, privatisasi
layanan publik, dan lain-lain. Bahkan, tidak sedikit disertai dengan
privatisasi BUMN. Akibatnya, rakyat dipaksa membayar mahal akses
kebutuhan dasarnya (pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik, makanan,
dan lain-lain).
Inilah
yang menjelaskan mengapa peningkatan utang luar negeri justru
berbarengan dengan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Itulah sebabnya mengapa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia, pada tahun 2011 lalu, terperosok di peringkat 124 dari 187
negara.
Jadi,
alih-alih kekayaan nasional Indonesia meningkat, utang luar negeri
justru menjebak Indonesia dalam “lingkaran krisis”. APBN tidak pernah
sehat karena sebagian dipakai membayar cicilan utang. Sedangkan anggaran
untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat terus dipangkas. Lantas,
apa buktinya bangsa kita menjadi kaya karena utang? Silahkan tanyakan ke
Dahlan Iskan. http://www.berdikarionline.com/editorial/20120605/dahlan-iskan-dan-soal-utang.html
Setali
tiga uang dengan Lions Club, ada juga Rotary Club. Organisasi yang
induknya juga sama dengan Lions Club ini menancapkan kukunya di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Organisasi ini juga merekrut orang-orang
berpengaruh di suatu wilayah menjadi anggotanya.
Salah satu yang terjerat adalah istri Walikota Solo, Kamis (23/2),
Rotary Club (RC) Solo Kartini melantik Iriana Joko Widodo sebagai
anggota kehormatan mereka, bersamaan dengan ulang tahun ke-107 Rotary
Internasional. Iriana mengaku senang di jadikan anggota ke hormatan
karena tertarik dengan kegiatan Rotary Club yang banyak bergelutdi
bidang kemanusiaan.
Sejak Lama . . .
Sepak
terjang kaki tangan Zionis di Indonesia sebenarnya telah berlangsung
lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Mereka merekrut orang lokal
untuk mempropagandakan slogan mereka yakni HAM, demokrasi, Sikap
moderat, dan toleransi. Apalagi Belanda terkenal sebagai tempat
pertemuan Zionis Internasional sejak dulu kala.
Dr
Th. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya: ‘Tarekat Mason
Bebas dan Masy`rakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962’
menyebut gerakan-gerakan kesukuan dan berbasiskan sekularisme,pluralisme
dan liberalisme dan anti islam di gerakan oleh tokoh-tokoh anggota
jaringan Zionis internasional.
Dalam
buku yang peredarannya terbatas itu di sebutkan bahwa beberapa tokoh
yang kini di sebut sebagai pahlawan adalah kaki tangan Zionis, sebut
saja Boedi Oetomo, yang tokoh kuncinya adalah anggota jaringan Zionis
Internasional, seperti Pangeran Ario Notodirejo yang merupakan anggota
Loge Mataram dan ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914.
Nama
lain yang di sebut dalam buku itu antara lain Raden Adipati Tirto
Koesoemo, Bupati Karang Anyar dan menjadi anggota Lodge Mataram sejak
tahun 1895. Lodge adalah pusat aktifitas para anggota freemason
Juga
ada nama Mas Boediarjo, Raden Mas Toemenggoeng Ario Koesoemo Yoedha,
dan salah satu tokoh kemerdekaan Dr Radjiman Wedyodiningrat (Ketua Badan
Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia)
RM Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, Bupati Semarang termasuk juga di dalamnya. Ia menulis buku berjudul: “Wat Ik als Javaan voor geest an ge moed in de vrijmetselarij heb gevonden” yang berisi tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang jawa yang menemukan jiwa dalam organisasi Freemason.
Ada
pula nama Sultan Hamengkubuwono VIII, RM AAA Tjokro Adiekoesoemo,RAS
Soemiro Kolopaking Poerbonegoro Paku Alam VIII, dan juga Raden Said
Soekanto. Nama terakhir ini adalah kepala kepolisian RI pertama yang
menjabat pada tahun 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959.
Di tahun 1952, saat masih menjabat sebagai Kapolri, Jendral (pol) Soekanto juga aktif menjabat sebagai Suhu Agung (Grandmaster)
dari Timur Agung Indonesia atu Federasi Nasional Mason Indonesia. Ia
memimpin Loji Indonesia Purwo Daksina. Ia juga menjabat sebagai ketua
Yayasan Raden Saleh, yang merupakan penerusan Dari Carpentier Althing Stiching.
Keberadaan
jaringan Zionis Internasional ini pernah di bubarkan dan di larang oleh
Presiden Soekarno melalui Lembaran Negara dengan Nomor 18/1961, bulan
Februari 1961, yang di kuatkan melalui Keppres no.264 tahun 1962. Yang
di bubarkan adalah beberapa organisasi yang merupakan jaringan Zionis
Internasional Seperti Rosikrusian, Morl Re-armament, Lion Club, Rotary
dan Bahaisme dan seluruh Lodge (loji) mereka di sita.
Di
era Soeharto, kendati hubungan Diplomatik tidak ada, beberapa tokoh
Militer dan Intellijen berhubungan dengan Israel. Mereka mendapatkjan
ilmu dari Negara Zionis tersebut.
Ketika Abdurrahman Wahid
berkuasa, semua putus dengan Israel itu dihidupkan kembali. Gusdur
mencabut Keppres yang di keluarkan oleh Soekarno itu melalui keppres
No.69 Tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000.
Walhasil,
gerakan kaum Zionis ini kian leluasa di Indonesia. Apalagi memasuki era
Reformasi. Semua kran dibuka dan tidak ada filter sama sekali terhadap
racun yang ingin di sebarkan masuk ke Indonesia. Hubungan kerja sama
dagang dengan orag-orang Zionis sudah kasat mata. Misalnya: bagaiman
Grup Bakri yang menggandeng perusahaan Rothschild-Yahudi Amerika.
Lambang Lions Club
Di Indonesia, para pengemban ide-ide Zionis ini tak lagi berbaju
organisasi Zionis tetapi berbaju liberal dan organisasi-organisasi
sosial. Jargon yang di suarakan juga sama yakni kebebasan, persamaan,
toleransi, demokrasi, HAM, Pluralisme, dan sejenisnya. Tujuan jangka
panjangnya adalah mengakui keberadaanya kaum Zionis sebagai satu entitas
politik yang harus di akui. Itulah Israel Raya. [globalmuslim]
Di Balik Pencitraan Dahlan Iskan dan Jokowi
Siapa
yang tak kenal dengan Jokowi ? Walikota dengan segudang prestasi
duniawi. Putra Solo ini pasti dibanggakan dan dipuja, bahkan juga oleh
para pemuda-pemudi muslim. Namun apakah benar Jokowi patut dibanggakan ?
Apalagi sebagian aktivis Islam ikut-ikutan.
Sedikit Kejutan . . .
Di
akhir Februari 2012, tepatnya di tanggal 23 terjadi sebuah berita yang
kurang menarik. Namun berita ini pastinya akan sangat mengejutkan bagi
penggemar kasus-kasus konspirasi Yahudi di Indonesia. Dikutip dari
harian Joglosemar, Kamis(23/2), Rotary Club(RC) Solo Kartini melantik
Istri Walikota Surakarta Iriana Joko Widodo sebagai anggota kehormatan
mereka,bersamaan dengan ulang tahun ke-107 Rotary Internasional.
Pastinya
yang membaca berita ini terkejut. Siapa sangka Pak Walikota yang mereka
bangga-banggakan ternyata teman dekat agen kolonialisme dan Zionisme.
Seperti dikutip dari eramuslim, peneliti tentang Zionisme Ridwan Saidi,
yang dinukil dari buku Jaringan Yahudi di Nusantara karangan Artawijaya,
menyebut Rotary Club Internasional sebagai perabot Zionis. Sebagai
organisasi elit yang menjalankan misi kemanusiaan, Rotary Club
sepenuhnya dikendalikan oleh Freemasonry dan Zionisme.
Bahkan
sebelumnya (seperti dikutip dari sragenpos, 15/7/2011) Walikota
Solo,Joko Widodo bersama sejumlah anggota Rotary Club Solo Kartini
meninjau proyek porselenisasi di RT 8 RW XX, Krajan, Kadipiro, Solo,
Jumat (15/7).
Dalam
laporannya, nahimunkar.com juga menyebut bahwa Rotary Club dan saudara
kembarnya, Lions Club, merupakan kaki tangan Zionis. Rotary Club
mempunyai persamaan besar dengan Freemasonry. Keduanya memiliki
pemahaman yang sama tentang nilai dan semangat yang membentuk jiwa
seseorang, seperti ide egaliti, fraterniti, semangat humanisme, dan
kerjasama internasional. Ini adalah semangat yang sangat berbahaya yang
diarahkan untuk mengikis karakteristik bangsa-bangsa dan menguburkan
segala bentuk loyalitas, sehingga pribadi-pribadi akan kehilangan
identitas dan harga diri serta hidup dalam kebimbangan. Akibatnya, tak
ada lagi kekuatan yang dominan, kecuali orang-orang Yahudi yang
terus-menerus berambisi mendominasi dunia.
Seperti
dikutip juga dari nahimunkar.com, FUUI menjelaskan bahwa Rotary Club
mencekoki anggotanya agar mengikuti agama yang diakui atas dasar
persamaan sesuai urutan abjad, seperti Budha, Islam, Yahudi, Masehi, dan
seterusnya. Dalam urutan terakhir tersebut, Taoisme, sebuah keyakinan
orang-orang Tiong Hoa yang muncul pada abad ke-6 SM, meyakini bahwa
kebahagiaan dapat terpenuhi dengan tercapainya kebutuhan insting manusia
dan kemudahan hubungan sosial dan politik sesama manusia.
Sebenarnya Tidak Mengejutkan. . .
Pada
hakikatnya siapapun yang cermat menelusuri sepak terjang Jokowi sejak
awalnya tidak akan terkejut. Jokowi memang tidak tanggap dengan
masalah-masalah akidah. Proses berpasangannya dengan orang-orang nasrani
pada dua kali (dan calonnya tiga kali pada pilgub DKI) pilkada Solo,
menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak memiliki sensitivitas akidah.
Memang
banyak sekali versi-versi tentang pengkafiran orang-orang yang berbuat
salah kaprah seperti Jokowi ini. Ada yang mengkafirkannya ada yang belum
berani. Padahal dalam ayat al-Qur’an banyak tertera larangan memberikan
kepemimpinan serta kepercayaan kepada orang kafir, atau yang disebut
dengan tawalli.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.”( QS. Al-Maidah 5:51)
Syaikh
Abdullah Ibnu Abdillathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad
Ibnu Abdil Wahhab rahimahumullah berkata saat menjelaskan penjelasan
tawalli dan muwalah: “Tawalli adalah kekafiran yang mengeluarkan dari
millah, dan ia itu seperti membela mereka dan membantu mereka dengan
harta, badan dan pendapat (dalam memerangi kaum muslimin). Dan muwalah
adalah dosa besar, seperti menuangkan tinta atau merautkan pena atau
berseri-seri kepada mereka seandainya dia menyodorkan cemeti untuk
mereka”. (Ad Durar As Saniyyah: 8/422, lihat At Tibyan Fi Kufri Man
A’anal Amrikan 98)
Adapun
apa yang dilakukan Jokowi sangat membahayakan kaum muslimin.
Sewaktu-waktu dapat dengan mudah, dengan justifikasi peraturan yang
berlaku, bahwa jabatannya akan berpindah dengan orang-orang yang
kekafirannya bahkan disepakati oleh ahli bid’ah sekelas murjiah
sekalipun. Sungguh perbuatan tawalli yang mengkafirkan. Seperti
diketahui, wakil-wakil yang diajukan untuk menjadi orang nomor dua
setelah Jokowi adalah nasrani tulen seperti Rudy dan Ahok.
Bisa
jadi suatu saat, dengan prestasi dan kepandaiannya, Jokowi akan melesat
sebagai capres. Hingga seperti biasa, partai sekuler PDIP bukan tidak
mungkin akan menampakkan simbol-simbol pluralisme lagi dengan mengangkat
calon wakil dari kalangan kafir asli. Tidak mustahil jika partai-partai
seperti PDS akan mendomplengkan wakilnya kepada PDIP, sebab PDIP ini
terkenal sangat abangan, sebuah sisi oposisi dari santri.
Pencitraan Sejenis . . .
Tidak
kalah parah dengan Jokowi. Sosok yang akhir-akhir ini sering dicitrakan
sebagai pahlawan adalah Dahlan Iskan, pengusaha kenamaan yang sukses
gara-gara kiprahnya di Jawa Pos. Banyak sinyalemen yang menunjukkan
bahwa Dahlan Iskan adalah neolib luar dalam. Diluar, akidah ekonominya
adalah neolib. Di dalam hati, ia dikenal dekat dengan sosok-sosok
seperti Cak Nur laknatullah.
"Saya
akan selalu ingat pendapat intelektual muslim Nurcholish Madjid (Cak
nur) bahwa bentuk rasa syukur terbaik adalah kerja keras untuk kebaikan.
Pendapat yang sama juga datang dari KH Said Aqil Siraj, Ketua umum PB
NU dan KH Syukri, pimpinan pondok modern Gontor Ponorogo, bahwa puasa,
kerja lebih keras dan menolong orang lain adalah tiga bentuk bersyukur
yang paling tinggi," sebuah pernyataannya akan kiai-kiainya yang terekam
dalam media merdeka.com.
Selain
itu, Jawa Pos merupakan salah satu media yang gencar bekerja sama
mempromosikan ajaran sesat JIL. Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawan
sempat mengisi rubrik Kajian Utan Kayu di koran tersebut dengan
pesan-pesan yang kental akan nuansa pluralisme dan de-islamisasi.
“Akhirnya kami pilih nama Kajian Utan Kayu,” kata Ulil Abshar Abdalla
pada majalah Gatra, edisi 03/08 (01/12/2008).
Selain
itu yang tidak kalah meresahkan adalah keterlibatan Dahlan Iskan dalam
organisasi Freemason. Dalam situsnya, Lions club memajang foto Dahlan
dalam posisi strategis organisasi Lions Club. Dalam diagram organisasi
tersebut, entah bagaimana posisi hierarkinya, yang jelas ditengah
banyaknya etnis Tionghoa di diagram tersebut, Dahlan Iskan berada di
pucuk atas dengan embel-embel president.
Pedulilah Akan Akidah Wahai Para Aktivis . . .
Hingga
akhirnya, sebagai aktivis Islam, dari manapun golongannya, hendaknya
peduli kepada akidah dan keimanan seseorang. Jangan sampai salah memilih
panutan dan idola. Serta sebuah tindakan yang salah kaprah ketika
membangga-banggakan dan membela orang-orang macam ini. Tidak dipungkiri
mereka yang telah disebutkan diatas merupakan orang jenius, tetapi
keberadaan orang-orang seperti mereka merupakan fitnah dan cobaan bagi
kaum muslimin.
Belum
juga kasus-kasus lain, seperti ritual musyrik kala Jokowi memandikan
mobil esemka, kasus-kasus seperti ini harus menjadi perhatian dari kaum
muslimin. Apalagi banyak aktivis dan thullab Islam serta mengaku
membela-bela Palestina dan negeri-negeri yang dijajah lainnya, tetapi
secara sadar atau tidak telah membela dan menyanjung-nyanjung
mereka-mereka yang bergandengan tangan denga orang kafir yang telah
dilaknat sebagai anak cucu babi dan kera.
" Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al Baqarah: 120)
Ulil Abshar Abdalla dan Doktrin Freemason
Antara Ulil Abshar Abdalla dan gerombolan liberal lainnya dengan kelompok Freemason
ada kesamaan tujuan dan cita-cita: Memasarkan doktrin humanisme.
Karenanya bagi mereka, atas nama kemanusiaan universal, kelompok penoda
Islam seperti Ahmadiyah pun harus dibiarkan, tak boleh diganggu gugat.
Paham humanisme
adalah doktrin pokok kelompok Freemason. Dalam khoms qanun (lima kanun)
yang dijadikan pegangan Freemason, humanisme adalah asas terpenting.
Doktrin halus humanisme menyatakan, pengabdian terhadap kemanusiaan
harus disertai dengan upaya membuang jauh-jauh sekat-sekat agama.
Humanisme menjadi cita-cita tertinggi kelompok Freemason dalam
memasarkan ide-idenya untuk tujuan merusak semua agama-agama, termasuk
Islam.
Jargon-jargon humanisme, Pluralisme (*)
seolah bagus dan memikat, seperti persaudaraan umat manusia,
kemanusiaan universal, kecintaan terhadap prikemanusiaan, persamaan,
kasih sayang, toleransi, perdamaian, dan lain sebagainya.
Bagi kelompok Mason, sebuah tatanan dunia yang mengedepankan moralitas
bisa terwujud tanpa peran agama. Mereka menyebutnya sebagai ”moralitas
tanpa agama”. Bagi para pemuja humanisme, agama tak berhak mengatur
urusan moral, dan aturan moralitas bisa terbangun berdasarkan
kesepakatan manusia. Karena itu, tak ada yang bisa mengintervensi
kehendak manusia dalam bersikap dan berperilaku, termasuk negara dan
bahkan Tuhan sekalipun. Humanisme jelas mengabdi pada kemanusiaan.
Paham humanisme mengganggap manusia sebagai makhluk ”superior’ yang
berhak menentukan hak-haknya sendiri, termasuk dalam menentukan hukum
dalam kehidupan. Nilai-nilai kemanusiaan dalam doktrin Freemason menjadi
”superior” dibandingkan dengan ajaran-ajaran agama. Ajaran-ajaran dalam
agama, jika bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, maka harus
ditolak. Mereka yang mengusung paham humanisme menganggap tak ada hukum Tuhan, yang ada adalah kodrat alam.
Di
Amerika, bahkan seorang kandidat president yang sedang bertarung
melawan Obama, Ron Paul merasa perlu mengeluarkan statement : "I am not and never have been a Mason" di Indonesia sepertinya masalah Mason/ Freemason tidak dianggap menganggu ...