Saturday, June 30, 2012

SIKLUS FINAL 6 TAHUNAN GLI AZZURI ITALIA



 
Italia berhasil mengalahkan Jerman di semifinal Euro 2012 dengan skor 2-1. Ini mengukuhkan siklus 6 tahunan Italia di 2 turnamen besar Piala Dunia dan Euro sejak Piala Dunia USA ’94, Euro 2000, Piala Dunia 2006 dan sekarang di Euro 2012.
Di tahun 1994, Italia gagal di final setelah dikalahkan Brazil lewat adu penalti 3-2 setelah bermain imbang 0-0 sampai babak extra time. Italia lebih banyak menjaga wilayah pertahanan. Franco Baresi bersama seluruh pemain, termasuk Alberigo Evani, Demetrio Albertini, Luigi Appolini, Dino Baggio, dan lain-lain berjibaku di daerah sendiri. Hanya Roberto Baggio yang lebih banyak berlari-lari di depan.
Meski menguasai lapangan, Brasil pun tak terlihat dominan. Cafu, Branco, Dunga, Rai, Mazinho, dan Romaria Faria tampak  sulit membongkar pertahanan Italia. Hasil 0-0 tak terelakkan hingga perpanjangan waktu. Terjadilah adu penalti pertama dalam final Piala Dunia.
Timnas Italia di Piala Dunia 1994
Brasil unggul 3-2 dan meneruskan tradisi sebagai peraih gelar juara terbanyak. Ini merupakan kali keempat Brasil merebut juara dunia sepak bola.
 6 Tahun kemudian Italia juga tampil di final Euro 2000 di Belanda Belgia. Italia hampir saja meraih gelar juara, tetapi genggaman itu lepas berkat gol menit terakhir Prancis. Pada babak perpanjangan waktu, Prancis berhasil menang dramatis sehingga merebut gelar Euro untuk kali kedua sepanjang sejarah.

Roger Lemerre dan Dino Zoff mengubah susunan tim inti mereka untuk final. Youri Djorkaeff dan Christophe Dugarry dipasang sejak awal, sementara Marco Delvecchio mengisi posisi Filippo Inzaghi.

Menit 55, Italia memimpin setelah umpan silang Gianluca Pessotto disambar Delvecchio dari sudut sempit. Alessandro del Piero hampir menambah keunggulan beberapa menit kemudian, sementara Toldo berhasil membendung setiap gempuran Prancis.

Lemerre kemudian memasukkan David Trezeguet untuk menambah daya gedor Prancis. Saat Italia sudah bersiap merayakan kemenangan di pinggir lapangan, Sylvain Wiltord membuyarkan keunggulan dengan hitungan detik sebelum waktu normal berakhir.

Memasuki perpanjangan waktu, perjuangan Prancis membuahkan hasil pada menit ke-103. Umpan silang Robert Pires dituntaskan tendangan keras Trezeguet untuk menghasilkan gol emas yang membuahkan gelar juara bagi Les Bleus.
Jika pada kesempatan sebelumnya Italia gagal dan hanya menjadi Runner-up, 6 Tahun kemudian Italia tidak menyia-nyiakan kesempatan menjadi Juara ketika di final Piala Dunia 2006 menjadi juara Pertarungan final berjalan menegangkan dan penuh intrik. Pemain Italia berlaga tanpa kompromi. Ini ternyata berakibat fatal. Permainan keras pemain Italia berbuah penalti untuk Prancis di menit ke-7. Dengan tenang Zinedine Zidane mengeksekusi dan menghasilkan gol 1-0.

Skor tak bertahan lama. Tendangan penjuru Andrea Pirlo mampu ditanduk pemain belakang Marco Materazzi tanpa mampu ditahan kiper Fabien Barthez (Prancis) 1-1. Angka ini bertahan sehingga diadakan perpanjangan 2x15 menit.

Menjelang akhir perpanjangan, terjadilah insiden yang akan terus dikenang dunia. Tiba-tiba Zidane, yang terkenal santun di lapangan, menanduk dada Materazzi meski saat itu tak ada perebutan bola. Pemain Italia ini pun langnsung menggeletak. Tanpa ampun, wasit mengeluarkan kartu merah untuk Zidane. trophy Piala Dunia 2006 untuk Italia
Italia Juara Dunia 2006
Beberapa pekan setelah kejadian aneh itu, barulah terungkap penyebab tandukan itu. Itu pun disampaikan oleh kalangan yang ahli membaca gerak bibir karena Zidane tetap tak mau menyebutkan, provokasi apa yang dikatakan oleh Materazzi. Rupanya Zidane tersinggung atas provokasi Materazzi yang mengucapkan, bahwa adik perempuan Zidane adalah anak pelacur dan Zidane merupakan keturunan teroris.

Italia memenangkan laga final yang mencekam ini melalui adu penalti. Lima pemainnya sukses menyarangkan bola: Pirlo, Materazzi, Del Piero, De Rossi, dan Fabio Grosso. Di kubu Prancis, hanya tiga pemain yang berhasil: Sylvain Wiltord, Eric Abidal, dan Willy Sagnol. David Trezeguet gagal menjalankan tugas. Skor akhir penalti 5-3 dan Italia meraih gelar keempat kali.

 Entah kebetulan atau tidak, 6 tahun setelah Italia meraih Piala Dunia 2006, Italia kembali masuk ke final Euro 2012 Polandia-Ukraina setelah mengalahkan Jerman 2-1 di semifinal. 2 gol kemenangan Italia di cetak oleh Mario Balotelli. Sedangkan 1 gol Jerman di cetak Mesut Ozil lewat titik putih di menit-menit akhir. Di Final yang akan di gelar hari minggu 1 Juli 2012, Italia akan menghadapi Spanyol. Mampukah Italia keluar sebagai juara setelah 12 Tahun yang lalu Italia hanya menjadi Runner-up? Dengan catatan, Italia menjadi Juara Dunia 2006 setelah 12 tahun sebelumnya di 1994 Italia hanya menjadi Runner-up

Thursday, June 21, 2012

6 Sejarah Unik di Dalam Sepak Bola




1. Carlos Caszely (pemain Chili) adalah pemain yang terkena kartu merah pertama di Piala Dunia, tgl, 14 Juni 1974
2. Kiper Arthur Wharton adalah pemain profesional berkulit hitam pertama. Dia lahir di Ghana dan bermain untuk tim liga Inggris Rotherham United tahun 1889
3. Tahun 1950, India menarik diri dari Piala Dunia karena tidak diijinkan bermain tanpa alas kaki
4. Tahun 1957, hanya tersisa 30 menit, Charlton Athletic berhasil membalikkan skor dari ketinggalan 5-1 atas Huddersfield Town menjadi kemenangan 7-6!
5. Tahun 1998, wasit Inggris Martin Sylvester mengeluarkan dirinya sendiri dengan kartu merah sesaat setelah memukul seorang pemain pada pertandingan The Andover dan District Sunday!
6. Skor Terbesar Di Dunia Dalam Pertandingan Internasional adalah 31-0. Yang Bertanding adalah Timnas Australia melawan Timnas Samoa Amerika

Bukan Colombus yang Pertama Menemukan Amerika




Columbus telah lama dipercaya sebagai penemu benua Amerika melalui ekspedisi laut yang dimulai pada 1492. Sebuah investigasi sejarah baru mengungkap, adanya kemungkinan hal tersebut keliru.

Diwartakan Live Science, Senin (7/5/2012), investigasi sejarah mengungkap ekspedisi seorang navigator sekaligus penjelajah Italia, John Cabot, bisa saja telah lebih dahulu mengetahui ekspedisi Eropa menuju "Dunia Baru" yang mendahului ekspedisi Columbus.
Meskipun dikatakan sebagai penemu benua Amerika, Christopher Columbus tidak mencapai daratan utama "Dunia Baru" sampai 1498 yaitu ketika dia berlayar menuju Amerika Selatan.
Sementara itu, lebih jauh ke utara, Cabot menjadi orang Eropa pertama yang mendarat di tanah Amerika Utara. Di masa itu, dia melakukan tiga ekspedisi laut untuk Henry VII dari Inggris, di antara musim panas 1496 dan 1498. Ekspedisi kedua pada 1497 membuatnya berhasil menemukan Amerika Utara melalui Newfoundland.
Sekarang, sebuah catatan singkat di buku akuntansi telah mengungkap dimensi tersembuyi dari penemuan Cabot. Catanan ini menunjukkan pada April, dia memperoleh dukungan keuangan dari sebuah bank Italia bernama Bardi, di London.
Catatan tersebut ditemukan di antara karya mendian sejarahwan Alwyn Ruddock. Di dalamnya terungkap indikasi bahwa bangsa Eropa mungkin telah menemukan Dunia Baru beberaoa dekade sebelum Cabot serta Columbus.
Dokumen tersebut merekam pembayaran senilai 50 nobles sterling utnuk Giovanni Cabotte (John Cabot) dari Venesia. uang tersebut bertujuan agar dia bisa melakukan ekspedisi menemukan Dunia Baru.
"Entri singkat ini membuka sebuah babak baru dalam kecendikiawanan Cabot. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspedisi laut Bristol merupakan bagian dari jaringan lebih luas yang didukung perusahaan penjelajahan Italia," terang sejarahwan Francesco Guidi-Bruscoli dari University of Florence.
Guidi Bruscoli, merincikan penemuannya dalam jurnal Historical Research. Dia mencatat catatan pendek itu mengacu pada "tanah baru" (il nuovo Paese dalam versi Italia asli). Bukan untuk sebuah tanah baru ( "un nuovo Paese").
"Penggunaan kata sandang tertentu ('il' - 'the') ketimbang pemakaian 'a' ('un' dalam bahasa Italia) memang membingungkan," kata Guidi Bruscoli.
Ungkapan itu menyiratkan uang tersebut diberikan kepada Cabot sehingga ia bisa menemukan tanah yang keberadaannya sudah diketahui. Para Bardi, jauh dari orang-orang yang tidak tertarik, akan memiliki alasan ekonomi sehat untuk membiayai apa penemuan yang hampir pasti tersebut.
Karena paten Cabot hanya berlaku di tempat-tempat tertentu saja sebagai tanah yang "tidak diketahui orang Kristen," tampaknya tidak mungkin "tanah baru" yang disebut adalah sesuatu yangColumbus telah menemukan empat tahun sebelumnya.
"Sayangnya, kita hanya memiliki petunjuk. Sementara entri menunjukkan bahwa Bardi percaya pada penemuan sebelumnya, kita tidak bisa menganggap ini telah terjadi," kata Guidi-Bruscoli.

8 Tempat Surga Keheningan dan Relaksasi




Sedang dilanda kejenuhan, ada baiknya Anda berlibur ke tempat yang menawarkan pesona alam untuk kesendirian. Tempat ini dapat menjauhkan Anda dari aktivitas membosankan. Simak beberapa tempat yang dapat menghadirkan keindahan dan ketenangan:
1. Great White Lake, Mongolia
http://angkatigabelas.blogspot.com/ 
Kawasan di wilayah Pegunungan Khangai ini menghadirkan kesuburan alam. Jadi, tidak mengherankan bila banyak orang pernah merasa perlu untuk berkumpul di tempat imin. Terletak di Khorgo-Terkhiin Tsagaan Nuur National Park, kawasan ini 'cacat' dengan batuan vulkanik. Danau ini sendiri diciptakan oleh aliran lava dari letusan ribuan tahun lalu. Bahkan jika ada orang lain di kamp, berjalan-jalan selama 20 menit, Anda akan hanya menemukan hamparan tanah luas.
2. Loisaba Wilderness, Kenya
http://angkatigabelas.blogspot.com/
Ingin merasakan sesuatu hal berbeda, ada baiknya mengunjungi kawasan ini karena Anda dapat menghabiskan malam dengan binatang. Dalam Wilderness Loisaba, "tempat tidur bintang" di luar ruangan mengekspos Anda untuk elemen Kenya (tenang, Anda tetap mendapatkan kelambu).
3. Rumah kapal Kettuvallam, India
 
Jika ingin merasakan hal baru menikmati liburan, ada baiknya Anda mengikuti paket ini dimana hanya 12 tamu diperbolehkan ikut ke pulau seluas lima hektar di India. Jadi, anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengantre. Para tamu memiliki akses ke perpustakaan dan berbagai fasilitas resor, seperti peralatan mandi, layanan rumah tangga, serta makanan dan minuman. Jika memesan pada Januari, Anda mungkin harus berbagi tempat dengan penyu hijau yang merangkak ke pantai untuk bertelur.
4. Takaro Peace Resort, Selandia Baru
 
Takaro Peace Resort menghadirkan hal baru dimana Anda dapat langsung merasakan spa kesehatan dan pondok relaksasi. Resor yang memiliki luas 2.000 hektar ini sangat dijaga, tempat yang juga menjadi pilihan untuk hening, memanjakan Anda dengan segala fasilitasnya.
5. Intertasional Dhamma Hermitage, Thailand
 
Jika merasa sulit menemukan keheningan selama 10 menit dalam hidup "normal", Anda mungkin ingin memesan tinggal di International Dhamma Hermitage, sebuah resor meditasi dekat biara Wat Suan Mokkh. Letaknya 640 kilometer (sekitar 400 mil) di dalam hutan selatan Bangkok. Setiap bulan, resor host retret meditasi 10 hari, di mana peserta bisa turut serta.
Di sana Anda dapat bangun pagi dan cepat antara siang dan subuh. Duduk di tempat tidur atau kursi mewah menjadi salah satu tawarannya. Untuk bisa merasakannya, para tamu harus mendaftar sejak sebulan sebelumnya.
6. Alert, Kanada
Kawasan yang terletak 817 kilometer (507 mil) dari Kutub Utara dan lebih dari 2.000 kilometer (1.242 mil) dari kota, Alert adalah perhentian terakhir untuk peradaban di belahan bumi utara. Penduduknya masih jarang karena ini adalah basecamp militer Kanada.
Satu-satunya cara layak untuk sampai ke sana adalah dengan menumpang pada saat militer Kanada mengirimkan pesawat. Tidak ada fasilitas wisata dan Anda diharuskan membawa makanan juga kantong tidur sendiri.
7. Kulala Wilderness Camp di Namibia
 
Jika tujuan Anda ingin menyendiri, Kulala merupakan kawasan yang tepat. Karena merasa kecil dan tidak berarti, Anda tidak perlu melihat lebih jauh dari Sossusvlei di bagian selatan Gurun Namib. Sossusvlei diterjemahkan sebagai "rawa yang tidak kembali", dan bahwa cukup banyak cerita tentang tempat terpencil ini.
8. Rongbuk Monastery Guesthouse, Mt. Everest
 
Kawasan yang sangat dingin, tidak ada oksigen, dan diklaim telah merenggut sekitar 200 nyawa untuk mencapai Gunung Everets. Tapi, Anda tidak perlu mendaki gunung hanya untuk menyendiri dan relaksasi. Silakan menuju Biara Rongbuk, sebuah desa yang menyediakan pemandangan indah Gunung Everest dan terletak di ketinggian 5.100 meter, jauh lebih pendek dari zona kematian area gunung tersebut.
Tempat ini akan menjamu Anda dengan sejuta pesona tanpa membahayakan jiwa raga dan anggota tubuh lainnya.

Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase Akhirat (2)


Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase Akhirat (2)


Fase ketiga adalah fase penghitungan (hisab) dan penimbangan amal kebaikan dan kejahatan yang dilakukan setiap manusia semasa hidup di dunia.

Semua amal perbuatan diperhitungkan, walau sekecil apa pun, tidak ada yang disia-siakan dan diabaikan.

Amal yang baik dibalas dengan yang baik dan yang jahat dibalas dengan kejahatan, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam ayat, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).

Di hadapan Allah SWT semua rahasia umat manusia terbongkar. Saat itu, lidah, tangan, dan kaki ikut memberi kesaksian atas apa yang diperbuatnya di dunia. Sebagaimana ayat, "Pada hari (ketika) lidah, tangan. Dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur: 24).

Selain kesaksian yang diberikan oleh anggota tubuh, ditampilkan pula catatan amal perbuatan mereka di dunia yang pencatatannya dilakukan oleh para malaikat atas perintah Allah SWT.

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12).

Catatan itu dibuka dan pemiliknya diperintahkan Allah SWT untuk membacakannya di hadapan Allah SWT. Seperti tergambar dalam firman Allah SWT, “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. ’Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.” (QS. Al-Isra’: 13-14).

Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase Akhirat (1)



Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase Akhirat (1)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Alquran dan hadis Rasulullah SAW, akhirat meliputi fase-fase berikut:

Fase pertama adalah fase kehancuran alam semesta yang ditandai dengan bergugurannya bintang-bintang di langit, terjadinya goncangan dan ledakan dahsyat yang mengakibatkan bumi dan seisinya hancur, air laut mendidih dan meluap sementara manusia terombang-ambing di dalamnya, dan berbagai peristiwa mengerikan lainnya.

Keadaan itu digambarkan Allah SWT dalam berbagai ayat-Nya, antara lain, "Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaq: 1-4).

“Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan apabila lautan dijadikan meluap.” (QS. Al-Infithar: 2-3).

“Dan apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.”
(QS. Al-Zalzalah: 1-2).

“Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qariah: 4-5), dan ayat-ayat lainnya yang menceritakan hal tersebut.

Fase kedua ialah fase kebangkitan. Saat setiap manusia yang pernah dilahirkan di dunia ini, mulai dari manusia pertama (Adam AS) sampai manusia terakhir, dibangkitkan dan dihidupkan kembali.

Semuanya berhimpun di salah satu tempat yang disebut Padang Mahsyar. Gambaran ini diperoleh antara lain dari ayat-ayat, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33).

“Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,”
(QS. Al-Infithar: 4).

“Pada hari itu manusia keluar dari kuburannya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.” (QS. Al-Zalzalah: 6).

Ensiklopedi Hukum Islam: Melihat Allah di Akhirat


Ensiklopedi Hukum Islam: Melihat Allah di Akhirat

Persoalan melihat Tuhan di akhirat banyak ditanggapi terutama oleh para mutakallimin (ahli kalam/teolog) dengan tanggapan yang berbeda.

Golongan Muktazilah mengatakan bahwa Tuhan, karena bersifat nonmateri, tak dapat dilihat oleh mata kepala. Mereka berargumen bahwa Tuhan tidak mengambil tempat, baik di dunia maupun di akhirat dan dengan demikian Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat, karena yang dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat.

Kalau Tuhan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala, tentu akan dapat dilihat di alam dunia sekarang. Ayat Alquran yang mereka jadikan dasar ialah Surah Al-An’am ayat 103 yang artinya, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Mahahalus lagi Mahamengetahui.”

Golongan Asy’ariyah sebaliknya berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala. Karena Tuhan mempunyai sifat-sifat antropomorfis meskipun tidak sama dengan sifat jasmani manusia yang ada di alam dunia.

Argumentasi yang mereka kemukakan adalah bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Melihat Tuhan di akhirat dengan mata kepala adalah suatu hal yang bukan mustahil. Mereka mengatakan bahwa yang tak dapat dilihat adalah yang tak berwujud. Yang mempunyai wujud tidak mustahil dapat dilihat.

Tuhan adalah berwujud dan oleh karenanya tidak mustahil dapat dilihat. Ayat Alquran yang mereka jadikan dasar ialah Surah Al-Qiyamah ayat 22-23 yang artinya, “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.”

Dasar lain juga pada Surah Al-A'raf ayat 143 yang artinya, “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.’ Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku’...”

Gergasi, “Legenda Tsunami” dari Samudera Hindia




Oleh Ahmad Arif dan Agung Setyahadi


Perjalanan menyusuri tepian Samudra Hindia, dituntun catatan tentang kejayaan masa lalu, hanya untuk menemui kenyataan: kota-kota yang pudar cahayanya. Barus dan Singkil telah tamat. Padang, Bengkulu, dan Aceh berada dalam bayangan tsunami.

Barus di tepian pantai barat Sumatera pernah menjadi kota yang sedemikian populer. Para pelaut Arab pada abad ke-7 hingga ke-11 menyebut pelabuhan itu Barus, Fansur, Pansur, atau Panchur.

Catatan lebih tua dari para pelaut China menyebut Barus sebagai P’o lu. Disebutkan, pendeta Buddha, I Tsing, dalam perjalanan ke India pada abad ke-7 singgah di tempat bernama P’o-lu-shih di dekat Sribhoga. Ini merupakan pelabuhan terakhir setelah Selat Malaka sebelum menyeberangi Samudra Hindia menuju India.

Catatan tertua mengenai Barus terdapat dalam kitab Geographia yang dibuat Claudius Ptolomeus pada abad ke-2, berdasarkan keterangan para pedagang India. Ptolomeus menyebut Barus sebagai Barousai.

Di pelabuhan yang berada ditepian Samudra Hindia itulah kapal-kapal dagang dari sejumlah negara mencari komoditas berharga, seperti kapur barus, emas, dan madu. Di Barus saat itu diperkirakan berkembang komunitas dagang multietnis.


Temuan prasasti berbahasa Tamil pada 1872 oleh pejabat Belanda, GJJ Deutz, menguatkan hal ini. Prasasti bertahun Saka 1010 atau 1088 Masehi ini, antara lain, menyebutkan tentang perkumpulan dagang suku Tamil sebanyak 1.500 orang di Lobu Tua, Barus, yang memiliki pasukan keamanan dan aturan perdagangan.

Penggalian tim gabungan dari Lembaga Kajian Perancis tentang Asia (Ecole française d’Extrême-Orient/EFEO) Perancis dengan peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada 1995-2000 menemukan keragaman artefak di Lobu Tua, mulai dari barang-barang buatan China, India, hingga Arab.

Namun, jejak Barus tiba-tiba menghilang sekitar abad ke-12. Pada abad itu, jejak peninggalan Barus yang sebelumnya tersebar luas tiba-tiba lenyap.

Claude Guillot dalam buku Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008) menyebutkan, kehancuran Barus karena serangan gergasi. Cerita lokal menyebutkan, gergasi adalah sosok raksasa yang datang dari lautan.

Setelah hilang tiba-tiba pada sekitar abad ke-12, Barus kembali muncul sekitar empat abad kemudian. Jane Drakard dalam An Indian Ocean Port: Sources for the Earlier History of Barus (1989) menyebutkan, nama Barus dan Fansur kembali disebutkan dalam berbagai catatan pada abad ke-16 hingga abad ke-17. Selain Barus, kota tetangganya, Singkil (dulu disebut Singkel), juga berkembang pesat. Kapal-kapal dagang Belanda, Inggris, dan Portugis berlomba ke Barus dalam perburuan rempah-rempah dan hasil hutan.

Jejak tsunami

Selama ini, hilangnya Barus secara tiba-tiba pada abad ke-12 masih menjadi misteri. Sosok gergasi yang disebutkan Claude Guillot juga mengundang banyak tafsir. Sonny Ch Wibisono, peneliti Puslit Arkenas, menyebutkan, banyak ahli menafsirkan sosok gergasi ini adalah bajak laut yang pada periode itu menguasai perairan Nusantara.

Namun, setelah gelombang tsunami menggulung pantai barat Aceh pada 26 Desember 2004, mulai muncul kesadaran baru bahwa bencana alam itu berperan penting mengubah jalannya sejarah di pantai barat. Petaka delapan tahun lalu itu membuka kesadaran tentang rapuhnya kota-kota yang berada di depan zona penunjaman lempeng ini.




Tsunami by David Bergen

Penelitian Kerry Sieh dari California Institute of Technology sejak 1994 menemukan, wilayah zona subduksi pantai barat Sumatera memiliki riwayat panjang gempa dan tsunami. Menurut dia, gempa dan tsunami pernah terjadi di wilayah ini pada 1381, 1608, 1797, dan yang terakhir tahun 1833.

Belakangan, pada 2008, Widjo Kongko, ahli tsunami dari Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dan Katrin Monecke dari Kent State University serta lima peneliti lain menemukan jejak tsunami raksasa pernah terjadi tahun 1290-1400. Dari temuan deposit tsunami yang tersebar luas, mulai dari Meulaboh hingga Thailand, Widjo memperkirakan, tsunami pada tahun tersebut sekuat dengan yang melanda Aceh pada 2004.

Apakah Barus yang tiba-tiba menghilang pada abad ke-12 itu disebabkan tsunami yang depositnya ditemukan Widjo dan timnya?

”Bisa jadi memang tsunami pernah melanda Barus,” kata Wibisono. Apalagi, dia menemukan, ada perpindahan masyarakat Barus pada masa lalu ke arah bukit. Temuan yang berusia lebih muda, sekitar abad ke-14, kebanyakan ada di sekitar Bukit Hasang.

Jejak tsunami ini pula yang kami temukan saat melihat lokasi penemuan peninggalan arkeologi di Lobu Tua. Hamparan pasir laut memenuhi kebun kopi dan kelapa, sejarak 2 kilometer dari laut. Kawasan ini pernah digali oleh arkeolog dari EFEO Perancis dan Puslit Arkenas.

Jauh dari pantai


Sebelum kedatangan kolonial Barat, permukiman pribumi di pantai barat Sumatera kebanyakan menjauh dari laut. Misalnya, Kota Padang di Sumatera Barat. ”Dulu, kota-kota di pantai barat Sumatera ada di hulu-hulu sungai, tidak di tepi pantai,” kata arsitek dan ahli tata kota dari Universitas Bung Hatta Padang, Eko Alvares.

Dia mencontohkan, Kota Padang dalam peta Belanda yang dibuat tahun 1781 menunjukkan, lokasi permukiman pribumi berada di sisi selatan Batang Arau di kaki Gunung Padang (Apenberg). Permukiman itu berjarak 1-2 kilometer menjauh dari pantai. Baru setelah kedatangan Belanda, lambat laun permukiman mendekati pantai.

Dalam pengantar buku Witnesses to Sumatra: A Travellers’ Anthology (1995), sejarawan Australian National University, Anthony Reid juga menyebutkan bahwa jantung peradaban Pulau Sumatera sebenarnya ada di pedalaman di sepanjang Bukit Barisan. Masyarakat pribumi Sumatera hanya mendekati pantai untuk berdagang.

Berbagai keping informasi ini semakin menguatkan tentang jejak tsunami yang barangkali berperan besar dalam evolusi bandar-bandar besar di pantai barat Sumatera pada masa lalu.

Bayangan tsunami pula yang saat ini menghantui Kota Padang dan Bengkulu, dua bandar terbesar di pantai barat Sumatera. Belajar dari sejarah, masa depan dua kota ini tergantung dari kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman gergasi atau raksasa dari laut.

Wednesday, June 20, 2012

GLOBALISASI


Makna Globalisasihttp://www.e-dukasi.net/images/blank.gif
Istilah globalisasi berasal dari kata globe yang artinya bola dunia. Dalam perkembangannya bola dunia ini terus berputar dan berproses seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman yang pada akhirnya terbentuklah istilah globalisasi.


Pada masa kini apa yang terjadi di bagian lain dari belahan dunia ini akan dengan mudah dapat diketahui oleh negara lain dari belahan dunia lainnya. Peristiwa yang terjadi di suatu negara akan dengan cepat diketahui oleh di negara lain.

Proses terjadinya arus globalisasi ini terjadi karena adanya perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi, komunikasi dan transportasi seperti pada gambar/foto berikut ini :


Dengan adanya kemajuan dan perkembangan teknologi ini, kemajuan di bidang industri menjadi semakin cepat. Dengan kemajuan dan perkembangan komunikasi ini, hubungan satu tempat dengan tempat lain, antardaerah atau antarnegara bisa semakin cepat seperti tidak ada batas. Dengan adanya kemajuan dan perkembangan sarana transportasi, baik darat, laut maupun udara ini, hubungan lalu lintas antardaerah atau antarnegara bisa semakin cepat.

Sejarah Singkat Globalisasihttp://www.e-dukasi.net/images/blank.gif
Menurut Sartono Kartodirjo bahwa proses gloalisasi sebenarnya merupakan gejala sejarah yang telah ada sejak jaman prasejarah. Beberapa contoh antara lain bangsa-bangsa dari asia ke eropa, ke Amerika, ke Nusantara dan lain-lain. Berdasarkan tinjauan sejarah, Indonesia sebenarnya telah lama mengalami proses globalisasi.

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia yan meningkatkan proses globalisasi antara lain adalah :
A. Ekspansi Eropa dengan navigasi dan perdagangan.
B. Revolusi industri yang mendorong pencarian pasar hasil industri
C. Pertumbuhan kolonialisme dan imperialisme
D. Pertumbuhan kapitalisme
E. Pada masa pasca perang dunia II meningkatlah telekomunikasi dan transportasi mesin jet.

Dampak Globalisasihttp://www.e-dukasi.net/images/blank.gif
Dampak globalisasi di bidang ekonomi :
Dampak globalisasi bagi Indonesia jika dilihat dari kacamata positif, maka globalisasi ini akan mempunyai dampak yang menyenangkan, karena dengan globalisasi di bidang ekonomi, orang akan secara mudah memperoleh barang konsumtif yang dibutuhkan, membuka lapangan kerja bagi yang memiliki keterampilan, dapat mempermudah proses pembangunan industri sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dampak globalisasi di bidang sosial budaya :
Dalam bidang sosial budaya, dampak globalisasi antara lain meningkatnya gaya hidup individualisme, perubahan pada pola kerja (etos kerja dan disiplin), terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Di sisi lain, dengan globalisasi ini juga dapat mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa, seperti terbentuknya pranata-pranata atau lembaga-lembaga soial baru (LSM), organisasi profesi dan pasar modal, perkembangan pakaian, seni serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampak globalisasi di bidang politik :
Dalam bidang politik, dampak globalisasi antara lain adanya perubahan sistem kepartaian, jaminan perlindungan hak asasi manusia, memungkinkan dapat berkembangnya paham liberalisme, terjadinya perubahan sistem ketatanegaraan, pelaksanaan pemilu untuk anggota parlemen, presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur serta bupati atau wakil bupati atau walikota dan wakil walikota yang dilaksanakan secara langsung.

Arti Penting Globalisasi Di Indonesia
http://www.e-dukasi.net/images/blank.gifGlobalisasi memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun yaitu dengan mengambil manfaat dari perkembangan dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa atau negara lain untuk diterapkan di Indonesia. Tapi sebaliknya jika kita tidak bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain dan tidak mampu membentengi diri dengan nilai-nilai agama, adat istiadat sebagai jati diri bangsa, maka kita akan terlindas dan terbawa arus globalisasi ini ke arah yang negatif.

Jika mengambil suatu hal atau barang yang berasal dari luar negeri tetapi tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa, maka yang terjadi adalah kaburnya jati diri bangsa Indonesia. Sesuatu yang modern memang diperlukan tetapi tidak boleh menghilangkan nilai-nilai yang sudah berakar dalam diri bangsa Indonesia.
Beberapa contoh hal yang tidak sesuai/tidak cocok dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia antara lain :
  • Pola hidup individualis. Konsumtif dan materialis
  • Pergaulan bebas
  • Penggunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang
  • Menghalalkan segala macam cara untuk mencapai satu tujuan
  • Mode rambut yang diwarnai, busana wanita yang terbuka, gaya bicara yang tidak sopan dan lebih menggemari/mengagumi seni budaya dari luar.

Indonesia – Negara besar yang tidak pernah ditaklukkan oleh Penjajah




Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Apakah benar Indonesia dijajah 350 tahun? Perlu diingat kembali bahwa Belanda datang di Banten pada tahun 1596.


Sejarahnya demikian, pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck.

Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten.


Belanda membentuk VOC tahun 1602. Belanda membubarkan VOC 31 Desember 1799. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke.

Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912). Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru

setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur yang pada saat itu sudah dikuasai oleh Portugis).

Belanda membentuk Pemerintahan Hindia Belanda tanggal 1 Januari 1800, namun perlu diingat bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun tersebut), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica (Pax=perdamaian; Neerlandica=daerah kekuasaan Nederland. Pax Neerlandica justru pada akhirnya membuka peluang untuk terciptanya persatuan bangsa Indonesia, karena semua wilayah yang berada dibawahnya kemudian bersatu melawan penjajahan Belanda. Salah satu peristiwa besar yang mempersatukan pemuda Indonesia adalah Kongres Pemuda tahun 1928 yang antara lain menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Saat-saat Akhir Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii dan kemudian menyatakan perang terhadap Hindia Belanda yang merupakan sekutu Amerika.

Berdasarkan fakta sejarah di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun.. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa pada saat itu.

Dan kita jangan lupa bahwa hingga saat ini Aceh menolak sejarah perjuangannya disamakan dengan Jawa karena sampai dengan tahun 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih merdeka dan berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja. Kesimpulannya, tidak benar bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda membutuhkan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara dan akhirnya gagal pada tahun 1945.
Justru hal ini mampu melahirkan rasa nasionalisme yang tinggi dan sehat bagi seluruh rakyat Indonesia dimanapun dia berada bahwasanya negaranya, tanah airnya tercinta tidak pernah ditaklukkan dengan mudah oleh siapapun. Mitos 350 tahun itu justru melahirkan perasaan bahwa Indonesia adalah bangsa yang mudah dikuasai dan diperbudak dan hal itu sama sekali tidak benar. Sudah saatnya bangsa Indonesia kembali kepada sumpah pemuda satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia. Marilah kita kembali ke persatuan, hindarilah perpecahan

Pengakuan Keislaman Cheng Ho


Dampak Pengakuan Keislaman Cheng Ho

Islam tidak akan berkurang derajatnya, meskipun ada peran orang-orang China di dalamnya. Di sini orang lupa bahwa keislaman China lebih tua ketimbang Jawa. Orang-orang China telah mengenal Islam di saat masyarakat Jawa hidup dalam dunia berhala dan klenik. (Soemanto Al Qurtuby dalam Seminar Membincang Kontribusi Tionghoa dalam Proses Islamisasi di Indonesia, 19 Maret 2005).
Majalah sekelas National Geographic dengan tegas menyatakan Cheng Ho adalah seorang Tionghoa muslim. Tentu saja pernyataan tadi berangkat dari dukungan data, bukan sekadar legenda.

National Geographic Society memiliki reputasi sebagai organisasi ilmiah dan nirlaba yang terlibat dalam lebih dari 8.000 eksplorasi dan penelitian sejak 1888. Namun, di Indonesia, keislaman Cheng Ho masih saja jadi kontroversi, baik di komunitas Tionghoa maupun Islam. Keislaman Cheng Ho seakan diterima dengan setengah hati.

Lihat saja, tak seorang pun Tionghoa Muslim diajak duduk dalam Panitia 600 Tahun Cheng Ho. Juga dari sekian banyak acara yang dirancang, yang bernuansa Islam cuma lomba nasyid dan salah satu seminar. Sama sekali tidak menonjol dibanding acara-acara tersebut, cuma sekadarnya saja, semacam tempelan. Yang lebih dahsyat, sepucuk surat pembaca menceriterakan tentang penggusuran makam-makam tua Tionghoa muslim (Liem Wa Tiong, Oei Kiem Liang, Ang Tjin Kien, Tan Dinar Nio, Henry Tan, dan lain-lain).

Semula makam-makam itu ada di bagian belakang Sam Po Kong. Surat pembaca itu juga mengeluhkan diturunkannya papan kaligrafi ”Me Zheng Lan Yin” (terjemahan bebasnya: Merenungkan dan mengamalkan ajaran Al Quran). Papan itu diturunkan setelah kunjungan Imam Besar Masjid Beijing ke Sam Po Kong. Dalam kunjungan tersebut, sang ulama China menyatakan bahwa kaligrafi tersebut menegaskan keislaman Cheng Ho.

Dua Kutub

Bagaimana pula dengan masyarakat Islam Indonesia? Sampai saat ini tidak pernah jelas diakui peran Tionghoa Muslim dalam proses masuknya Islam ke Nusantara. Sejak dulu yang diajarkan dalam buku-buku sejarah sekolah adalah teori Arab dan India/Gujarat.



Buku yang mengangkat peran Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara bahkan dilarang beredar dengan alasan potensial mengganggu stabilitas nasional. Akibatnya, jangankan diakui berperan dalam Islamisasi Nusantara, bahkan kehadiran Tionghoa Muslim dalam shalat Jumat sampai saat ini pun masih ada yang menganggap aneh. Islam dan Tionghoa dianggap dua kutub yang berseberangan.

Tentu saja gambaran tadi adalah gambaran hitam-putih. Bersyukurlah kita masih ada wilayah abu-abu. Lie Pek Tho, Ketua Yayasan Kelenteng Thay Kak Sie yang juga Ketua Panitia 600 tahun Cheng Ho, dalam sebuah wawancara tanpa basa-basi mengatakan: “Beliau (Cheng Ho -red) orang Islam. Pengikutnya juga sebagian besar Islam. Maka beliau juga menyebarkan agama Islam”.

Demikian pula di pihak Islam, Habib Luthfi bin Ali Yahya, Ketua MUI Jawa Tengah, tidak saja menyebut Cheng Ho. Beliau bahkan bisa menyebutkan nama-nama ulama Tionghoa (banyak di antaranya yang menggunakan nama muslim) yang dikatakannya mempunyai andil dalam perkembangan Islam di Nusantara. Karena kekaburan (atau pengaburan) sejarah, bahkan di antara Tionghoa muslim sendiri nama-nama dan peran mereka terasa asing.

Mazhab Hanafi

Tionghoa masuk ke Indonesia secara bergelombang. Sebelum Cheng Ho, sisa-sisa laskar Mongol Kubilai Khan (Dinasti Yuan) yang kalah melawan Raden Wijaya sudah menetap di wilayah Majapahit (1293). Mereka ikut mendukung kejayaan Majapahit melalui alih pengetahuan tentang mesiu, maritim, dan perdagangan.


Dalam buku kumpulan surat kepada putrinya, Indira Gandhi, Glimpses of World History, Jawaharlal Nehru mengatakan, “Sesungguhnya ekspedisi Tiongkok akhirnya menjadikan kemaharajaan Majapahit di Jawa lebih kuat. Ini disebabkan karena orang Tionghoa mendatangkan senjata api ke Jawa. Dan agaknya dengan senjata api inilah datang kemenangan berturut-turut bagi Majapahit.” Laskar Mongol direkrut dari berbagai daerah: Hokkian, Kiangsi dan Hukuang.

Sekitar seratus tahun kemudian, armada Laksamana Cheng Ho yang diutus oleh Kaisar Yong Le (Dinasti Ming) singgah di berbagai tempat di Nusantara. Di kota-kota pantai ini Cheng Ho membentuk komunitas Islam pertama di Nusantara, antara lain Palembang, Sambas dan Jawa. Artinya, pada awal abad XV, Tionghoa muslim yang bermazhab Hanafi sudah ada di Nusantara. Mereka kebanyakan orang Yunnan yang hijrah ke Nusantara pada akhir abad XIV, dan sisa-sisa laskar Mongol yang menghuni wilayah Majapahit.

Sebuah teori mengatakan, akibat perubahan kebijakan luar negeri Dinasti Ming, hubungan antara pusat Hanafi di Campa dengan Nusantara akhirnya terputus. Banyak Tionghoa muslim yang berpindah kepercayaan. Masjid-masjid Tionghoa selanjutnya banyak yang berubah menjadi kelenteng. Kemudian Sunan Ampel (Bong Swie Ho) mengambil prakarsa melakukan proses Jawanisasi. Dia meninggalkan komunitas Tionghoa muslim di Bangil dan hijrah ke Ampel bersama orang-orang Jawa yang baru diislamkannya. Dengan kepemimpinannya yang sangat kuat, Bong Swie Ho membentuk masyarakat Islam Jawa di pesisir utara Jawa dan pulau Madura. Inilah cikal bakal masyarakat Islam di Jawa.

Kekalahan Sunan Prawoto (Muk Ming) dari Demak dalam perebutan pengaruh dengan Arya Penangsang dari Jipang berakibat kepada hancurnya seluruh kota dan keraton Demak. Sisa-sisa pasukan Demak yang melarikan diri ke Semarang dihancurkan. Demikian pula galangan kapal Semarang dan banyak orang-orang Tionghoa non Islam di Semarang. Peristiwa ini menjadikan sebagian besar masyarakat Tionghoa di Semarang marah dan tidak bersimpati kepada pasukan Jipang. Inilah awal dari surutnya masyarakat Tionghoa muslim di Semarang. Mereka akhirnya berangsur-angsur kembali kepada agama dan kepercayaan Konghucu dan Tao.

Gelombang-gelombang imigran China yang masuk ke Nusantara kemudian tidak lagi didominasi orang-orang Tionghoa muslim. Mereka datang, misalnya karena kebutuhan penjajah Belanda untuk menambang timah di Bangka. Ditambah dengan politik devide et impera penjajah Belanda, semuanya tadi menimbulkan kesan terbentangnya jarak antara Islam dan China. Orang-orang Tionghoa makin dianggap asing di Nusantara lengkap dengan segala stereotype negatifnya. Peran Tionghoa muslim dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, sebagaimana dibuktikan dari cerita-cerita rakyat, berbagai dokumen maupun peninggalan sejarah, termasuk ke dalamnya makam-makam kuno Tionghoa muslim, kemudian menjadi buram.

Lebih-lebih setelah Orde Baru memerintah dengan kebijakan pembaurannya yang mendua. Sepanjang berlabel Tionghoa, tempatnya adalah di sudut-sudut gelap dalam kehidupan bangsa. Tetapi di lain pihak, beberapa orang Tionghoa yang pengusaha besar dilimpahi dengan berbagai fasilitas.

Balanced Society


Bersyukurlah kita ketika tiba era reformasi dengan segala iklim keterbukaannya. Tidak ada lagi suasana represif. Kekuasaan pemerintah diimbangi dengan peran pengusaha swasta serta kontrol sosial masyarakat. Tiga unsur yang dibutuhkan dalam konsep masyarakat modern yang seimbang. Walaupun lagi-lagi harus menjadi tumbal dalam kerusuhan Mei 1998, masyarakat Tionghoa mengalami imbas akibat iklim keterbukaan era reformasi. Hak-hak sipilnya dipulihkan, bebas mengekspresikan adat-istiadatnya kembali.

Dalam suasana demikian, merayakan 600 tahun pelayaran Cheng Ho menjadi sangat mungkin. Sam Po Kong, petilasan Cheng Ho, dipugar dalam skala megah. Diselenggarakan berbagai acara selama seminggu. Dan jauh sebelumnya, lampion merah bertengger di jalan-jalan utama kota Semarang. Sebuah hal yang mimpi pun tak akan terjadi di era semua yang berlabel Tionghoa adalah tabu.

Pertanyaannya: sudah memadaikah semuanya itu? Rasanya belum. Nilai Cheng Ho jauh melewati sekadar petilasannya yang jadi objek wisata, dan peringatannya masuk dalam kalender wisata. Menyedot tamu dari dalam dan luar negeri, serta menyedot isi kocek mereka. Bila sekadar demikian, berarti menghapus peran Cheng Ho, yang telah memicu kota-kota bandar di Nusantara menjadi metropolis. Juga bermakna mengabaikan sifat dan sikap yang dimiliknya: entrepreneurship, risk taker, inovatif, leadership, toleran, universal, loyal kepada atasan, namun sekaligus dalam kebesaran kekuasaannya mampu mengakui kekerdilannya di hadapan Allah SWT. Mencintai Allah, dan karenanya menyebarkan imannya kepada semua orang. Tidak berlebihan bila dikatakan, Cheng Ho adalah manusia yang seimbang dunia dan akhirat.

Trust

Menerima dan mengakui Cheng Ho seutuhnya bermakna mengakui keislamannya. mengakui peran para ulama Tionghoa dalam proses masuknya Islam ke Nusantara. Dan ini akan memberi sumbangan luar biasa dalam bingkai keindonesiaan yang baru. Menjungkirbalikkan teori Arab dan lndia/Gujarat tentang proses masuknya Islam ke Nusantara. Mendekatkan orang Tionghoa dengan saudara-saudaranya sebangsa. Mengurangi kesenjangan psikologis yang selama ini ada.

Menerima dan menghayati nilai-nilai Cheng Ho seutuhnya akan menyumbang pemupukan modal sosial masyarakat. Bahkan pengakuan yang berangkat dari kejujuran dan keterbukaan akan meningkatkan kepercayaan dunia internasional. Peningkatan trust akan memicu kerja sama, networking, dan kemajuan bagi dunia usaha kita.

Masyarakat yang cenderung trusted akan lebih mudah mendatangkan modal dan investasi karena pembeli dan investor terlindung dari dampak kecurangan yang dilakukan pihak lawan. Selain itu, masyarakat yang trusted mendorong keyakinan dan kepastian berusaha, serta kemudahan merekrut tenaga-tenaga profesional.

Memperingati 600 tahun pelayaran Cheng Ho bisa saja sekadar hura-hura sejenak, dengan gaung hitungan minggu kemudian lenyap. Tetapi bisa juga menjadi titik balik untuk sesuatu yang jauh lebih strategis. Pilihannya ada pada kita semua.